Amalan Sunah dan Waktu Utama Makan Sahur Berdasarkan Tuntunan Rasulullah SAW

Penulis: Dwi Latifatul Fajri
Editor: Mona Kriesdinar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sunah dan Waktu Utama Makan Sahur Berdasarkan Tuntunan Rasulullah S.A.W

TRIBUNJOGJA.COM - Bulan Ramadhan menjadi bulan penuh berkah untuk umat muslim. Seperti ibadah lainnya, puasa Ramadhan memiliki sunah-sunah tersendiri.

Sunah puasa Ramadhan bila dikerjakan menambah pahala bagi yang menjalankannya. Umat muslim dapat berlomba-lomba melakukan kebaikan di bulan puasa ini.

Mengutip dari Tribunnews.com, dalam buku Panduan Ramadhan Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah, makan sahur merupakan sunah Ramadhan.

Dalam beberapa hadis, Nabi Muhammad S.A.W menjelaskan sunah makan sahur ini.

Dalam hadis riwayat Bukhari nomor 1923 dan Muslim nomor 1095 yang berbunyi:

"Dari Anas bin Malik radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah."

Penjelasan hadis yang lain:

“Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur." (Hadis riwayat Ahmad).

Setelah melaksanakan sahur, kemudian umat muslim disunahkan untuk mengakhiri sahur.

Mengakhiri sahur sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Makan sahur disunahkan di bagian akhir atau mendekati fajar (subuh).

Mengutip dari nu.or.id, Nabi Muhammad S.A.W menganjurkan umatnya untuk melaksanakan sahur di waktu yang tepat. Seperti berbuka puasa disunnah untuk sahur, dalam hadis disunnahkan mengakhiri sahur.

Dalam hadits riwayat Ahmad, “Umatku berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur”.

Menurut Abu Bakar Al-Kalabazi, maksud dari mengakhirkan sahur tersebut ialah makan sahur di sepertiga terakhir malam.

Dalam kitabnya Bahrul Fawaid disebutkan:

وسئل النبي صلى الله عليه وسلم: أي الليل أسمع؟ قال: الثلث الأخير من الليل. وقد قال صلى الله عليه وسلم: من الفطرة تأخير السحور، أراد إن شاء الله أن يقع في الثلث الأخير من اليل ليكون فيه دعوة واستغفار فيجاب، وسؤال حاجة فتقضى

Artinya: “Nabi SAW pernah ditanya, ‘Malam apa yang paling didengar (doa)? Sepertiga terakhir malam,’ tegas Nabi SAW. Dalam hadits lain, Nabi SAW berkata, ‘Mengakhirkan sahur ialah bagian dari fitrah.

Kemungkinan menghakhiri sahur ialah dikerjakan di sepertiga terakhir malam. Sepertiga malam merupakan waktu yang tepat untuk berdoa, memohon ampunan, dan hajat dikabulkan Allah SWT.

Dalam penjelasan hadis tersebut, tujuan untuk mengakhiri sahur tak hanya makan dan minum. Mengakhiri sahur ini diiringi dengan ibadah lainnya seperti shalat, dzikir, dan berdoa.

Dari kebiasaan Nabi Muhammad SAW sendiri, Beliau terbiasa bangun tengah malam dan salat malam.

Berdasarkan kesaksian Hudzaifah, dia pernah makan sahur bersama Nabi Muhammad SAW, menjelang subuh (HR Ibnu Majah).

Kesaksian ini diperkuat dengan pengakuan Zaid bin Tsabit. Zaid pernah sahur bersama Nabi Muhammad SAW kemudian salat berjamaah.

Ketika ditanya, berapa lama jarak antara selesai makan dan salat, Zaid lalu menjawab kisaran membaca lima puluh ayat (HR Ibnu Majah).

Jika memperhatikan riwayat hadis tersebut, dapat disimpulkan, waktu paling tepat mengerjakan sahur di sepertiga terakhir malam.

Makan sahur dilakukan sebelum azan subuh tiba. Tetapi usahakan waktu makan dan waktu subuh tidak terlalu dekat.

Jarak antara makan dan waktu subuh ini, bisa digunakan untuk sahur dan bersiap-siap mempersiapkan diri untuk salat shubuh.

(*)

(Tribunjogja.com | Dwi Latifatul Fajri)

Berita Terkini