Laporan Reporter Tribun Jogja, Victor Mahrizal
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klaten melonjak drastis.
Empat orang dilaporkan meninggal dunia dalam kurun tiga bulan.
Pemkab Klaten memastikan DBD tetap menjadi perhatian di tengah gencarnya penanganan virus Corona atau Covid-19.
"Kita tengah memerangi penyebaran Covid-19, namun kasus DBD tidak boleh disepelekan karena sudah empat korban meninggal hanya dalam kurun tiga bulan," kata Asisten Tata Pemerintahan dan Kesra Pemkab Klaten, Ronny Reokmito, Selasa (24/3/2020).
• Siklus 5 Tahunan DBD, Masyarakat Diminta Semakin Giat Lakukan PSN
Ronny yang juga Ketua Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Corona Pemkab Klaten menilai angka kematian akibat DBD di wilayahnya mengkhawatirkan.
"Kemarin ada permintaan Warga dari Kecamatan Cawas untuk fogging. Kami mesti tanggap," ungkap Ronny.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Pemkab Klaten, Anggit Budiarto menambahkan, jumlah kasus DBD sampai pekan ke-12 tahun ini mencapai 69 kasus dengan empat orang meninggal.
"Lonjakan kasus DBD terjadi di minggu ke-12 hingga mencapai 30 lebih kasus yang menyebar hampir di sejumlah kecamatan," jelas Anggit.
Gerakan 3 M dengan menguras, menutup penampung air, dan mengubur barang bekas, tegas Anggit, masih menjadi cara paling efektif.
• Instansi, Kelompok Masyarakat dan Parpol di Klaten Cegah Covid-19 Secara Masif
Selain itu, dia mengimbau warga untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Tingginya angka kasus DBD ini perlu menjadi perhatian banyak pihak.
Menurut Anggit, satu di antara kuncinya adalah peran aktif masyarakat dengan menerapkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin.
Sebab PSN tidak cukup kalau hanya dilakukan sebulan sekali.
Selain itu, pihaknya juga mengoptimalkan juru pemantau jentik nyamuk (Jumantik).
Sebab, dari laporan yang masuk ada beberapa yang luput dari pengawasan, diantaranya rumah kosong.
"Rencana kami akan diskusikan untuk koordinasi dengan pihak desa agar memeriksa rumah kosong. Agar nanti bisa dibuat himbauan atau bagaimana untuk cara mengatasinya," tutupnya. (TRIBUNJOGJA.COM)