Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir meninjau pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Dalam tinjauannya, Nasir melihat pelaksanaan UTBK bagi peserta tuna netra.
Ia mengatakan peserta disabilitas tuna netra mengerjakan dengan metode screen reader.
Menurutnya metode tersebut merupakan sebuah inovasi yang sangat bagus, sehingga memudahkan peserta dalam mengerjakan.
• Hasil UTBK Sudah Diumumkan Tapi Peserta Masih Bingung Penilaiannya, Ini Penjelasan Lengkapnya
Dalam pelaksanaan UTBK, baik peserta biasa maupun disabilitas memiliki tingkat kesulitan soal yang sama.
Namun ada sedikit penyesuaian bagi peserta tuna netra.
"Kalau yang reguler sudah berjalan dengan baik. Ini adalah pertama kali kita gunakan screen reader bagi tuna netra. Ini inovasi yang sangat baik, dan ini dilakukan secara nasional. Ini artinya peserta yang difabel juga memiliki kesempatan yang sama, melalui jalur reguler," katanya usai tinjuan di Digital Library UNY, Sabtu (4/5/2019).
"Karena melalui jalur reguler, tingkat kesulitannya sama. Namun jumlah soal disesuaikan, karena bagi tuna netra kan juga membutuhkan waktu. Itu artinya dari intelegensi sebernanrnya setara, bahkan bisa jadi lebih baik," sambungnya.
• UTBK Sudah Diumumkan, Begini Cara Menghitung Hasil Penilaiannya
Ia melanjutkan, setidaknya ada 72 tuna netra yang mengikuti UTBK dengan metode screening reader di Indonesia.
Sebelum pelaksanaan, pihaknya pun telah melakukan ujicoba terlebih dahulu.
Ia pun kagum pada kemampuan peserta tuna netra, karena kemampuan mendengarkan yang baik.
"Peserta di UNY ada 8, di universitas lain juga ada, total peserta sekitar 72. Pesert sangat luar biasa, kemarin saat uji coba saya juga ikut mencoba. Rupanya kemampuan pendengaran mereka sangat bagus. Menurut saya sudah cepat, ternyata bagi peserta masih lambat. Dalam pelaksanaan, nanti terserah peserta bisa cepat atau lambat," lanjutnya.
Melalui metode screen reader tersebut, ia berharap ada perbaikan proses belajar di sekolah.
Menurutnya kompetensi guru perlu ditingkatkan, khususnya dalam pelajaran matematika.
Jika guru kurang menguasai, maka akan menghambat proses pembelajaran tersebut.
"Kemarin saat ujicoba ada masalah di matematika. Kedepan kita akan perbaiki, supaya guru juga menguasai, bagaimana cara membaca rumus, membaca grafik, dan lain-lain. Secara umum metode ini sudah baik, dan peserta juga puas," tutupnya. (TRIBUNJOGJA.COM)