Tribun Jogja Edisi Besok

Eksistensi Lurik Tradisional Terancam Tak Ada Generasi Baru

Penulis: ang
Editor: Ikrob Didik Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penenun lurik di Pedan menenun secara tradisional dengan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Saat ini jumlah penenun tradisional semakin sedikit.

Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Tenun lurik tradisional merupakan produk unggulan di Kabupaten Klaten. Bahkan, kain khas Kabupaten Klaten tersebut tak hanya dikenal di tingkat lokal. Namun juga skala nasional, bahkan mulai merambah level internasional.

Meski makin terkenal, eksistensi produk budaya ini mulai terancam.

Betapa tidak, tenun lurik khas Klaten yang diproduksi menggunakan peralatan tenun tradisional atau lebih dikenal Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) kini semakin surut. Hal itu dipengaruhi semakin sedikitnya tenaga penenun tradisional.

Merosotnya jumlah sumber daya manusia (SDM) di kerajinan tenun lurik tersebut terjadi, lantaran kurangnya regenerasi penenun tradisional.

Saat ini sebagian besar penenun memasuki usia lanjut, sementara bidang tersebut kurang diminati generasi penerusnya.

Kondisi ini berdampak pada produksi tenun lurik tradisional. Walaupun pangsapasar besar, jumlah penenun tradisional yang terbatas, membuat produksi tak dapat memenuhi kebutuhan pasar secara cepat.

Bagaimana kisah selanjutnya nasib tenun lurik tradisional ini? Semua tersaji di liputan khusus Tribun Jogja edisi Rabu (24/8/2016) besok. (*)

Berita Terkini