Lipsus Sonobudoyo

Topeng Emas Nayan, Bekal Kubur dari Zaman Majapahit

Penulis: dnh
Editor: oda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Museum Sonobudoyo Riharyani menunjukan foto topeng emas Nayan yang menjadi salah satu bagian dari koleksi museum yang hilang pada Agustus 2010.

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - 2 April 1960, selepas hujan yang turun dengan lebatnya, Madiyono, Karsoutomo dan Amatrejo pergi menengok sawah dan akan menangkap ikan.

Namun, sungguh tidak diduga, tiga orang warga dusun Nayan, Maguwoharjo, Sleman ini justru menemukan benda purbakala yang terbuat dari emas.

Tiga orang tersebut menemukan sebuah wadah atau tempat seperti periuk yang terbuat dari perunggu yang terpendam di bawah lumpur di sebuah tebing sawah desa mereka.

Secuil cerita diatas adalah awal mula dari ditemukannya benda cagar budaya dari emas yang beberapa akhirnya hilang pada Agustus 2010 lalu.

Hal tersebut dituliskan oleh M Sukarto Kartoatmodjo pada sebuah jurnal Sonobudoyo tahun ke 1 nomor 9, Desember 1960.

Barang-barang yang ditemukan oleh warga Nayan tersebut adalah cincin, lembaran kertas emas, semacam patrem atau keris kecil, rantai dan sebuah topeng emas yang sampai saat ini belum diketahui keberadaanya.

Topeng dengan bentuk cembung dan bagian belakang melengkung ke dalam ini memiliki dimensi panjang 15 cm, lebar 10 cm dan berat 73 gram. Topeng tersebut membentuk wajah gemuk, dengan mata yang agak sipit dan hidung agak besar.

Topeng tersebut memiliki bentuk mulut tipis dengan ujung bibir melengkung ke atas. Topeng tersebut juga memiliki kumis rambut bergelombang dan leher yang berlipat.

Beberapa hari kemudian tepatnya pada 8 April hingga 12 April 1960, Dinas Purbakala saat itu melakukan penggalian di sekitar temuan tersebut.

Ditemukan pecahan tembikar, kepingan talam, cincin, anting-anting, lembaran mas berukir, lempeng mas polos dan batu asahan atau wungkal dalam bahasa jawa.

Masih bersumber dari tulisan di jurnal yang sama, disebutkan bahwa benda-benda yang ditemukan di dusun yang terletak tidak jauh dari Jalan Solo ini tidak memiliki tulisan atau goresan huruf yang menandakan kapan itu dibuat.

Apa yang ditemukan secara keseluruhan membentuk seperti boneka lelaki.

Temuan warga dusun Nayan tersebut sudah diidentifikasi oleh Sukarto Kartoatmodjo. Ia menduga boneka tersebut adalah sebuah lambang seorang yang sudah meninggal dunia. Atau disebut Sang Hyang Puspasarira.

"Kemungkinan merupakan topeng kematian jang menggambarkan sematjam Sang Hyang Puspasarira, jang terkenal dengan djelas pada djaman Madjapahit dan bahkan hingga waktu sekarang (1960,red)," tulis Sukarto dalam ejaan lama bahasa Indonesia.

Jika dilihat dari bahan yakni bahan emas, diduga boneka tersebut dibuat untuk golongan bangsawan. Sementara itu Kepala Museum Sonobudoyo, Riharyani mengatakan tidak semua temuan di dusun Nayan hilang dicuri.

"Tidak semua yang ditemukan di Nayan ikut hilang," ujarnya. (*)

Berita Terkini