TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Awal pekan kemarin, Tribun Jogja ikut menelusuri jejak macan di Merapi. Tribun Jogja ikut bersama tim survey TNGM yang berangkat dari basecamp Sapuangin, Klaten.
Ada laporan dan juga kesaksian dari petugas TNGM menjadi dasar kenapa jalur tersebut dipilih.
Tim dari TNGM adalah Arif Sulfiantono dan juga Edy Nurcahyadi. Selain itu dua anggota tim SAR Tegalmulyo juga ikut dalam penelusuran.
Salah satu tujuan dari penelusuran tersebut adalah untuk memasang kamera trap yang diharapkan bisa menangkap foto macan Merapi.
Menurut Arif Sulfiantono, jika mendapatkan foto maka akan melengkapi bukti yang selama ini sudah ada.
"Adanya jejak, feses dan cakaran, adalah bukti nyata. Cuma satu PR (TNGM) Merapi yakni mendapatkan gambar (foto) macan Merapi," sebut Arif.
Seperti dengan yang sudah disebutkan diatas, dimana macan muncul di sekitara pos 2 dan 3 dan sekitarnya, maka penelusuran juga difokuskan di daerah tersebut.
Selama dua hari, kami menelusuri keberadaan macan Merapi di daerah tersebut.
Tim dari TNGM memutuskan untuk berkemah di pos 2 tepat disebelah stasiun pemantauan milik BPPTKG, di daerah tersebut pula kami menemukan feses hewan herbivora yang diprediksi adalah satwa mangsa dari macan yang ada di Merapi.
Macan tutul di jalur Sapuangin, tepatnya di antara Camp Yoyok menuju pos empat Watu Bolong, tidak hanya petugas saja yang pernah bertemu dengan predator ini, tetapi juga masyarakat yang tinggal di sekitar jalur pendakian juga pernah bersua dengan macan tutul jawa.
Adalah Martono warga Sapuangin, Dusun Pajegan, Desa Tegalmulyo, Kemalang, Klaten yang menceritakan dirinya pernah melihat macan kumbang di jalur pendakian Sapuangin.
Ketika berbincang dengan Tribun Jogja pekan kemarin di tempat tinggalnya, ia menyebut melihat macan di sekitaran Pos 3 yang berada di ketingian 2390 meter dari permukaan laut.
"Di sekitaran pos 3, tahun 2005, saat itu orang lima (rombongan), kaget saat melihat macan yang meloncat," ujarnya yang mendeskripsikan ukuran macan tersebut sebesar seekor kambing, beberapa waktu lalu.
Pasang Kamera Trap
Selain itu, terdapat pula jejak-jejak hewan yang belum bisa dipastikan apakah milik satwa mangsa atau milik predator. Namun jika didaerah tersebut ada satwa mangsa maka kemungkinan besar akan ada top predator.
"Sasaran satwa mangsa seperti kijang, babi hutan. Kalau ada satwa mangsa maka akan mencari mangsa tersebut," ujar Edy Nurcahyad,i Koordinator Kegiatan Monitoring Macan Tutul TNGM.
Kamera trap pun diputuskan untuk dipasang di sebuah jalur satwa yang letaknya sedikit menyamping dari jalur pendakian.
Adanya tanda-tanda seperti feses hewan mangsa dan jejak menjadi acuan bahwa di daerah tersebut sering digunakan untuk lewat satwa, termasuk diprediksi macan Merapi.
Kamera yang dipasang adalah kamera bushnell,kamera tersebut adalah kamera baru yang dimiliki oleh TNGM. Kamera yang memiliki sensor di bagian depan ini akan otomatis merekam jika ada gerakan di depan kamera.
Selain di jalur pendakian Sapuangin, pemasangan kamera trap dan penelusuran macan Merapi juga serentak dilakukan di beberapa daerah lain.
Ada enam lokasi di sekitaran gunung Merapi, salah satunya adalah di Gunung Bibi, Kecamatan Cepogo, Boyolali, yang ditemukan jejak macan.
"Di gunung Bibi kami menemukan jejak, orang sana bilang jejak macan tutul. Jejak ukurannya sekitar delapan centimeter, kalau babi gak mungkin seperti itu (jejaknya)," ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha TNGM, Tri Atmojo yang ikut memasang kamera trap di Gunung Bibi.
Lebih lanjut, menurut Atmojo, disana terdapat semacam gua yang diindikasikan menjadi sarang macan tutul dan kamera dipasang di daerah tersebut.
Goa tersebut berada di ketinggian diatas 2000 meter, sementara untuk bukti feses karnivora, Atmojo menyebut tidak menemukan.
Adapun untuk kamera trap yang dipasang, akan kembali diambil dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. (tribunjogja.com)