Ismail Basbeth Rilis Film Mencari Hilal

Penulis: rap
Editor: Ikrob Didik Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJOGJA.COM - Setelah disibukan dengan film panjang pertamanya ‘Another Trip To The Moon’ yang mendapat antusias penonton di berbagai festival internasional, dan tempat-tempat pemutaran alternatif, tahun ini sutradara muda asal Yogyakarta, Ismail Basbeth kembali merilis film panjangnya yang kedua.

Film drama religi berjudul ‘Mencari Hilal’ ini dirilis di bioskop nasional mulai 15 Juli 2015, bertepatan jelang libur Lebaran.

Jika di film panjang pertamanya Ismail menggunakan pendekatan surealis, kini ia hadir lebih realis.

Cerita ‘Mencari Hilal’ dekat di antara kita, konflik yang ditawarkan, baik sosial maupun personal amat dekat dengan kejadian di sekitar kita.

Film yang diperankan oleh Deddy Sutomo, Oka Antara, dan Torro Margens ini mengisahkan Mahmud, seorang pemuka agama yang mencari tempat melihat hilal untuk menentukan datangnya Idul Fitri.

Di sepanjang perjalanan, ia ditemani oleh Heli, putranya yang kritis dan tidak religius.

Perjalanan Mahmud mencari hilal dimulai sejak isu sidang Isbat Kementrian Agama yang menelan dana Rp9 miliar untuk menemukan hilal.

Mahmud pun teringat tradisi mencari Hilal yang dilakukan pesantrennya dulu. Perjalanan yang sarat makna spiritual, tapi sudah lama tak dilakukan sejak pesantrennya bubar puluhan tahun lalu.

Banyak pesan yang bisa ditangkap lewat film ini, mulai konflik personal antara ayah dan anak, juga masalah sosial tentang pentingnya menghargai keberagaman.

Film ini adalah road-movie (film perjalanan) ayah dan anak dalam mencari hilal, pada perjalanan tersebut keduanya bertemu dengan masalah keagamaan masyarakat Indonesia yang kompleks.

Mereka bertemu dengan kelompok Islam abangan yang mempraktikkan tradisi leluhur, juga bertemu kaum fundamentalis yang senantiasa meneror pihak lain yang berseberangan dengan mereka.

Film ini diproduksi oleh Hanung Bramantyo, Putut Widjanarko, dan Raam Punjabi.

Skenario digarap oleh Salman Aristo, Bagus Bramanti, dan Ismail Basbeth di bawah bendera rumah produksi besar MVP Pictures, Mizan Productions, dan Dapur Film, kerja sama dengan Argi Film dan Studio Denny JA.

Nama Ismail sebelumnya telah banyak dikenal lewat film-film pendeknya, baik yang berbentuk naratif maupun dokumenter. Film Shelter (2011) jadi salah satu yang paling dikenal di berbagai festival nasional hingga internasional.

Beberapa film pendek lain yang disutradarainya, antara lain Hide and Sleep (2008), Harry van Yogya (2010), Ritual (2011), Who the Fuck Is Ismail Basbeth? (2012), Maling (2013), hingga 400Words (2013), sebagian besar diproduksinya sendiri dengan bendera Hide Project dan Bosan Berisik Lab. (tribunjogja.com)

Berita Terkini