Apa Itu Fenomena Bediding: Suhu Dingin Tak Biasa di Musim Kemarau, Sampai Kapan Berlangsung?

Fenomena ini dikenal dengan sebutan "bediding", yang ramai dibicarakan di media sosial karena suhu udara belakangan ini terasa menusuk, bahkan sempat

Istimewa
Apa Itu Fenomena Bediding: Suhu Dingin Tak Biasa di Musim Kemarau, Sampai Kapan Berlangsung? 

TRIBUNJOGJA.COM - Belakangan ini, masyarakat di berbagai wilayah, khususnya Pulau Jawa, tengah merasakan hawa dingin yang tidak biasa pada pagi dan malam hari. 

Fenomena ini dikenal dengan sebutan bediding, yang ramai dibicarakan di media sosial karena suhu udara belakangan ini terasa menusuk.

Bahkan sempat menyentuh angka di bawah 20 derajat Celsius di sejumlah daerah, seperti Yogyakarta dan sekitarnya.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi ini merupakan fenomena musiman yang wajar terjadi antara Juli hingga September, bertepatan dengan puncak musim kemarau.

"Fenomena ini dipicu oleh hembusan angin kering dan dingin dari Australia yang bergerak menuju Indonesia," jelas BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta International Airport (YIA). 

Ditambah lagi, langit yang cenderung cerah tanpa awan mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam, membuat udara terasa lebih dingin.

BMKG juga menegaskan bahwa fenomena ini tidak berkaitan dengan aphelion posisi bumi yang berada pada titik terjauh dari matahari. 

“Penurunan suhu ini murni akibat faktor atmosferik lokal dan musiman, bukan karena aphelion,” tambahnya.

Apa Itu Bediding?

Istilah "bediding" berasal dari bahasa Jawa "bedhidhing", yang menggambarkan turunnya suhu secara signifikan, terutama saat malam hingga dini hari. 

Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, menyampaikan bahwa suhu dingin yang ekstrem ini biasa terjadi di daerah dataran tinggi atau wilayah yang jauh dari laut. 

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena ini lazim terjadi setiap musim kemarau, khususnya antara Juli hingga September.

Suhu dingin ekstrem ini dipicu oleh beberapa faktor atmosferik, seperti angin timuran dari Australia yang kering dan dingin, langit yang cerah tanpa awan, serta kelembapan udara yang rendah. 

Kondisi ini mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi saat malam, menyebabkan suhu turun drastis.

Seberapa Dingin?

Suhu minimum paling rendah tercatat pada 8 Juli 2025 di Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega, Nusa Tenggara Timur, yakni 12°C. Ini masih lebih hangat dibanding tahun lalu, di mana suhu ekstrem pernah menyentuh 8,4°C. 

Di wilayah dataran tinggi seperti Lembang dan Dieng, suhu juga sempat menyentuh kisaran 15°C.

Kapan Berakhir?

BMKG memperkirakan bediding akan berlangsung hingga sekitar akhir September 2025, seiring berakhirnya puncak musim kemarau. 

Fenomena ini dianggap sebagai bagian dari pola musiman tahunan di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah pegunungan dan yang jauh dari laut.

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved