Musim Hajatan dan Rasulan di Gunungkidul Picu Inflasi 0,19 Persen

Konsumsi makanan di bulan Juni cukup tinggi di mana ada Iduladha ditambah lagi dengan ramainya hajatan dan rasulan. Akibatnya, beberapa komoditas

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
INFLASI GUNUNGKIDUL: Pelaksanaan pers rilis inflasi di BPS Gunungkidul, Selasa (1/7/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Bada Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi di Gunungkidul secara month to month (m-to-m) sebesar 0,19 persen pada Juni 2025.

Kepala BPS Gunungkidul Joko Prayitno mengatakan penyumbang inflasi tertinggi pada bulan Juni datang dari kelompok makanan dan minuman sebesar 0,55 persen.

Dengan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m yakni tomat, cabai rawit, kacang panjang, buncis, daging ayam ras, kelapa, bawang merah, telur ayam ras, terong, cabai hijau, kue basah, sawi hijau, hingga pisang.

"Konsumsi makanan di bulan Juni cukup tinggi di mana ada Iduladha ditambah lagi dengan ramainya hajatan dan rasulan. Akibatnya, beberapa komoditas tersebut mengalami peningkatan permintaan sehingga memicu kenaikan harga," ujarnya saat pers rilis di Kantor BPS Gunungkidul, Selasa (1/7/2025).

Meskipun terjadi inflasi secara m-to-m sebesar 0,19 persen, Joko mengatakan nilai inflasi tersebut masih terbilang stabil. Begitupun, dengan tingkat inflasi year to date (y-to-date) pada bulan Juni sebesar 1,85 persen.

"Jadi, artinya realisasi inflasi bulan ini masih terbilang terkendali. Begitupun, secara y-to-date nya juga masih terkendala karena masih berada direntang 1,5 persen-3,5 persen," papar dia.

Sementara itu, untuk nilai inflasi secara year on year (y-on-y) di Kabupaten Gunungkidul sebesar 2,66 persen. Dengan indeks harga konsumen sebesar 107,80.

Di mana, inflasi y-on-y terjadi kenaikan harga yang ditunjukan indeks kelompok pengeluaran, yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,19 persen. 

Lalu, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 3,67 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 2,19 persen. kelompok Kesehatan 2,24 persen,

kelompok transportasi 0,45 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa 0,01 persen, kelompok pendidikan 1,38 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman 1,08 persen, dan kelompok perawatan pribadi 9,39 persen.

"Adapun, faktor meningkatnya inflasi ini  kemungkinan dari suplai dan demand. 
Tetapi sejauh pemantauan kami di lapangan untuk suplai terutama dari kelompok dominan seperti  makanan dan minuman, masih terbilang aman," tandasnya (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved