Schneider Electric Inisiasi Gerakan Listrik Aman untuk Kurangi Kebakaran Akibat Korsleting Listrik

Kebakaran masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, khususnya di kawasan padat penduduk di berbagai kota besar di Indonesia

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Dok Schneider Electric
Schneider Electric menggela event Innovation Day for Electrician 2025 yang digelar di Jakarta. Kegiatan dini bertujuan meningkatkan kompetensi teknis instalatur listrik dan mendorong adopsi standar keselamatan kelistrikan di sektor hunian Indonesia. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kebakaran masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, khususnya di kawasan padat penduduk di berbagai kota besar di Indonesia. 

Berbagai upaya pencegahan terus dilakukan oleh pemerintah daerah, mulai dari sosialisasi hingga pembangunan fasilitas hydrant di pemukiman padat.

Berdasarkan data, korsleting listrik menjadi penyebab terbesar kebakaran.

Di Yogyakarta misalnya, hingga Mei 2025 telah tercatat 19 kasus kebakaran di pemukiman warga, dengan mayoritas penyebabnya adalah korsleting listrik.

Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Klaten. Dalam kurun Januari hingga Mei 2025, tercatat 34 kejadian kebakaran, di mana 18 di antaranya disebabkan korsleting listrik.

Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Klaten, Sumino menyebut sebagian besar pemicu kebakaran karena korsleting listrik.

 “Penyebab tertinggi kedua adalah oven kayu karena overheat atau pembakaran terlalu panas. Kemudian, disebabkan tabung gas dengan tiga kejadian, dan selebihnya karena pembakaran sampah.”

Sumino mengimbau masyarakat untuk rutin memeriksa instalasi listrik rumah dan segera memperbaiki kerusakan untuk meminimalisir risiko kebakaran.

Tak hanya di DIY dan Klaten, data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen kebakaran bangunan disebabkan oleh masalah kelistrikan.

Tips Cegah Kebakaran yang Dipicu Konsleting Listrik

Dosen Teknik Elektro Universitas AKPRIND Indonesia Dr. Syafriyudin, ST., MT. mengatakan untuk meminimalisir terjadinya kebakaran yang disebabkan adanya korsleting listrik, minimal ada empat hal yang harus dilakukan masyarakat.

Antisipasi pertama adalah memastikan bahan-bahan instalasi listrik yang digunakan di rumah atau gedung harus standar. Mulai dari kabel, stop kontak, sakelar dan lainnya.

Bahan-bahan yang berkualitas bisa meminimalisir terjadinya korsleting listrik sehingga secara tidak langsung mencegah kebakaran.

Kemudian yang kedua adalah tidak menumpuk steker di satu colokan. " Kalau stop kontak ditumpuk, maka akan terjadi penumpukan energi listrik di satu titik, itu bisa memicu panas yang tinggi,"katanya.

" Kebakaran itu tidak akan langsung terjadi, prosesnya setelah terjadi short berkali-kali sampai kekuatan isolasi tidak berfungsi,"lanjutnya.

Langkah ketiga adalah meminta bantuan orang yang memiliki keahlian di bidang kelistrikan untuk membuat jaringan listrik, mengganti kabel atau lainnya di rumah. 

Lalu yang keempat adalah terkait perilaku manusianya. Mencegah kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik bisa dilakukan dengan menjaga perilaku, terutama dalam merawat jaringan listrik dan peralatan listrik yang ada di rumah.

" Misalnya tidak boleh menarik kabel, terus peralatan listrik kita, terutama kulkas, TV, dispenser dan lainnya jangan terlalu mepet dengan tembok. Harus ada jarak antara 10-15 centimeter untuk sirkulasi udara supaya tidak panas,"urainya.

Perlu Dukungan Peran Pihak Swasta

Untuk menekan risiko kebakaran yang dipicu korsleting listrik, masyarakat perlu memahami pentingnya penggunaan perangkat proteksi kelistrikan yang tepat seperti Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS) atau anti setrum, yang dikenal juga sebagai Residual Current Circuit Breaker (RCCB) atau Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB). Perangkat ini mampu mendeteksi dan memutus arus bocor secara otomatis guna mencegah sengatan listrik dan kebakaran.

Peran pihak swasta diperlukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat selain dari pemerintah dan BUMN. Dan peran itulah yang dijalankan oleh Schneider Electric™ untuk memberikan edukasi serta pelatihan kepada masyarakat.

Melalui event Innovation Day for Electrician 2025 yang digelar di Jakarta, Schneider Electric bertujuan meningkatkan kompetensi teknis instalatur listrik dan mendorong adopsi standar keselamatan kelistrikan di sektor hunian Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian integral dari kampanye nasional Gerakan Listrik Aman yang diinisiasi Schneider Electric, dengan fokus edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat terkait pentingnya perlindungan kelistrikan sejak tahap instalasi.

Sebagai bagian dari acara, pelatihan instalasi listrik hunian diadakan serentak di 10 kota besar/provinsi: Jakarta, Bandung, Surabaya, DI Yogyakarta, Medan, Semarang, Makassar, Bali, Pekanbaru, dan Kalimantan Timur, secara daring dan luring.

Lebih dari 7.800 peserta dari 15 asosiasi dan komunitas instalatur listrik mengikuti pelatihan bersertifikat terbesar di bidang instalasi listrik hunian di Indonesia ini, sekaligus mencetak rekor MURI dengan predikat “Pelatihan Instalatur Listrik Dengan Peserta Terbanyak”.

Kegiatan ini juga selaras dengan agenda strategis pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hunian layak melalui percepatan pembangunan 3 juta unit rumah. Namun, percepatan pembangunan ini tidak boleh mengabaikan aspek keselamatan bangunan, khususnya instalasi kelistrikan.

Dalam konteks ini, instalatur listrik menjadi garda terdepan yang berperan krusial untuk memastikan instalasi rumah baru mengikuti praktik terbaik dalam keselamatan kelistrikan. Salah satu langkah penting adalah penerapan GPAS sesuai rekomendasi dalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2020 dan Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2021 yang menetapkan standar nasional di bidang ketenagalistrikan.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Jisman P. Hutajulu, menegaskan perlu langkah strategis dalam penerapan keselamatan ketenagalistrikan, terutama level rumah tangga.

“Listrik menjadi faktor utama penyebab kebakaran di area perumahan. Ini adalah perhatian kita bersama untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam penerapan keselamatan ketenagalistrikan pada level rumah tangga. Salah satu perangkat pengamanan yang sangat penting adalah GPAS atau anti setrum, yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap bahaya arus sisa dan dapat mencegah kecelakaan maupun kerusakan peralatan elektronik,"katanya.

"Sebagai langkah awal, pemerintah akan terus melakukan sosialisasi secara masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemilik instalasi akan pentingnya penerapan GPAS, dengan fokus utama pada pasar, gedung pemerintahan, dan pengembang perumahan. Kami berharap upaya ini dapat mengurangi angka kecelakaan serta kerugian materiil akibat risiko kelistrikan,” tambahnya.

Sementara itu, Martin Setiawan, President Director Indonesia & Timor-Leste Schneider Electric, mengatakan keselamatan kelistrikan harus dimulai dari instalasi yang benar dan sesuai standar.

“Keselamatan kelistrikan dimulai dari instalasi yang benar dan sesuai standar. Melalui pelatihan ini, kami ingin memastikan bahwa para instalatur listrik memahami secara mendalam pentingnya penggunaan perangkat proteksi kelistrikan seperti GPAS yang dapat mencegah sengatan listrik dan kebakaran,"jelasnya.

"GPAS bukan hanya soal kepatuhan regulasi, tetapi menyangkut perlindungan nyawa dan aset masyarakat. Karena itu, membekali para instalatur dengan pengetahuan teknis yang tepat menjadi prioritas kami agar mereka bisa menjadi agen perubahan dalam menciptakan sistem kelistrikan hunian yang aman dan andal,”urainya.

Cetak Rekor Muri

Pelatihan instalasi listrik hunian yang dilaksanakan oleh Schneider Electric secara nasional beberapa waktu yang lalu berhasil mencetak rekor Muri sebagai “Pelatihan Instalatur Listrik Dengan Peserta Terbanyak”.

Kegiatan itu diikuti oleh lebih dari 7.800 orang dari 10 kota besar di Indonesia. Di antaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, DI Yogyakarta, Medan, Semarang, Makassar, Bali, Pekanbaru, dan Kalimantan Timur.

Pelatihan ini dilaksanakan secara daring dan luring sehingga bisa diakses oleh ribuan instalator secara nasional.

Senior Customer Relations Manager MURI, Andre Purwandono, S.S., mengatakan pemecahan rekor ini merupakan simbol kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

“Pemecahan rekor ini bukan sekadar pencapaian kuantitatif, tetapi simbol kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui edukasi teknis dan pemanfaatan teknologi proteksi listrik. Ini adalah upaya kolektif tentang pentingnya keselamatan sebagai pilar pembangunan. Rekor yang diraih oleh Schneider Electric Indonesia ini juga merupakan yang pertama kali tercatat dalam sejarah MURI untuk kategori pelatihan instalatur listrik dengan peserta terbanyak secara serentak di berbagai kota,”imbuhnya.

Produk Terbaru

GPAS atau RCCB Domae dari Schneider Electric hadir sebagai solusi proteksi kelistrikan yang ideal untuk sektor hunian seperti rumah dan apartemen.

Domae tersedia dalam dua varian sensitivitas, yaitu 30 mA untuk membantu melindungi manusia dari risiko sengatan listrik, serta 300 mA yang dirancang untuk membantu mencegah potensi bahaya kebakaran akibat arus sisa.

Schneider Electric memastikan bahwa produk-produk proteksi kelistrikan yang ditawarkan telah memenuhi standar keamanan dan memiliki kualitas tinggi guna mendukung terciptanya Rumah Nyaman, Listrik Aman.

Untuk mendukung hal ini, Schneider Electric juga menyediakan akses informasi lengkap seputar cara mengenali produk asli dan daftar distributor resmi melalui laman se.com/id/id/work/support/counterfeit/. Unduh aplikasi mySchneider untuk akses ke pembaruan produk, serta program-program menarik lainnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved