Festival Klangenan Bantul 2025, Merawat Rasa dan Budaya di Bantaran Embung Imogiri

Mides hangat, wedang uwuh rempah, sate koyor yang gurih, dan kerajinan wayang kulit dan batik tulis Giriloyo menyambut pengunjung Festival Klangenan

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
FESTIVAL KLANGENAN 2025 - Pengunjung menikmati kuliner tradisional dalam Festival Klangenan 2025 di tepi Embung Imogiri 1, Kalurahan Wukirsari, Bantul, DIY, Sabtu (5/4/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM - Mides hangat, wedang uwuh rempah, sate koyor yang gurih, hingga kerajinan wayang kulit dan batik tulis Giriloyo menyambut pengunjung Festival Klangenan di tepi Embung Imogiri.

Aroma khas mi lethek yang dimasak dengan kayu bakar, gurihnya sate koyor, serta hangatnya wedang uwuh dan jamu tradisional menggoda para pengunjung sejak memasuki area Festival Klangenan Bantul 2025.

Tak hanya itu, deretan kerajinan tangan seperti batik tulis Giriloyo, mainan tradisional, dan miniatur wayang kulit turut memeriahkan gelaran yang berlangsung di Embung Imogiri 1, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Bantul, mulai 4 hingga 8 April 2025.

Festival yang telah memasuki tahun ketiga ini mengusung tema Ngolah Olah dan menjadi ruang temu antara kenangan masa kecil dengan kekayaan budaya lokal.

Dibuka setiap hari pukul 14.00 hingga 22.00 WIB, sebanyak 50 tenant dari pelaku UMKM lokal menyajikan aneka kuliner dan kerajinan tempo dulu yang kini semakin sulit ditemukan di kota-kota besar.

Kepala Paniradya Keistimewaan, Aris Eko Nugroho menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Festival Klangenan Bantul 2025.

"Event ini sangat bagus karena masyarakat bisa menikmati suasana yang dulu pernah ada, apalagi bertepatan dengan momen lebaran, saat masyarakat kembali ke kampung halaman. Harapannya, event ini menjadi acara yang dirindukan masyarakat karena manfaatnya benar-benar dirasakan. Semoga Pasar Klangenan yang ke-3 ini bisa terus berlanjut dan berkembang menjadi lebih besar lagi," ujarnya.

Selanjutnya, Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta, menyampaikan harapannya agar UMKM dan industri kreatif dapat mempromosikan produknya melalui event ini.

"Dengan adanya Festival Klangenan yang menampilkan beragam kerajinan, kuliner, serta berbagai hal tempo dulu, ini menjadi bukti bahwa Bantul adalah daerah yang kreatif dari dahulu kala. Saya harapkan Festival Klangenan Bantul ini dapat menjadi kesenangan dan wadah bagi para pelaku UMKM dan industri kreatif untuk memperluas promosi dan peningkatan transaksi produknya,"ucapnya.

Ia menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk terus mengembangkan UMKM sebagai pilar ekonomi lokal yang tidak hanya berdaya secara ekonomi, tetapi juga mampu melestarikan tradisi.

Menghidupkan kenangan

Festival Klangenan tak hanya menjadi ruang promosi, tetapi juga wadah memori bagi pengunjung dari berbagai latar belakang.

Rina (28), perantau asal Jakarta, merasa seperti kembali ke masa kecil.

“Saya senang sekali bisa ketemu lagi dengan wedang uwuh dan mides. Rasanya autentik banget, dan susah dicari di Jakarta. Buat saya, ini semacam pelepas rindu yang pas sebelum balik kerja,” ungkapnya.

Bagi Dimas (35), warga Kasihan Bantul yang datang bersama keluarga, suasana festival memadukan kehangatan keluarga dan edukasi budaya.

“Anak-anak bisa main mainan tradisional yang sekarang jarang terlihat. Tempatnya juga adem, cocok buat habiskan sore sampai malam,” katanya.

Sementara Ayu (23), mahasiswa asal Sleman, melihat festival ini sebagai pengalaman budaya yang menyeluruh.

“Setelah kulineran, saya beli wayang kulit mini buat oleh-oleh. Konsep festivalnya keren, tradisional tapi tetap kekinian,” ujarnya.

Dengan menyatukan kuliner, kerajinan, dan kekayaan tradisi, Festival Klangenan 2025 membuktikan bahwa warisan budaya bukan sekadar cerita lama.

Ia tetap hidup, hadir, dan memberi ruang bagi masyarakat untuk kembali terhubung dengan akar mereka. 

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved