Waktu Imsak: Tradisi atau Aturan? Ini Penjelasan dan Sejarahnya

TRIBUNJOGJA.COM - Setiap bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia familiar dengan istilah imsak yang menjadi penanda batas waktu sahur sebelum memasuki waktu Subuh.

Namun, apakah waktu imsak benar-benar menjadi batas akhir makan sahur atau hanya tradisi yang berkembang di masyarakat?

Secara historis, istilah imsak berasal dari bahasa Arab yang berarti menahan diri.

Dalam konteks puasa, imsak digunakan sebagai pengingat agar umat Islam bersiap-siap menghentikan makan dan minum sebelum azan Subuh berkumandang.

Tradisi penetapan waktu imsak pertama kali diperkenalkan di masa pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah sebagai bentuk kehati-hatian sebelum memulai puasa.

Hingga saat ini, waktu imsak umumnya dipasang sekitar 10-15 menit sebelum azan Subuh.

Baca juga: Terungkap Sosok Pria Di Balik Aksi Koboi di Kawasan Kota Baru Parahyangan

Apakah Waktu Imsak Wajib Ditaati?

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menegaskan bahwa makan dan minum setelah masuk waktu imsak tidak membatalkan puasa.

Menurutnya, batas pasti dimulainya puasa adalah saat terbitnya fajar atau azan Subuh.

"Waktu imsak dibuat untuk kehati-hatian, bukan sebagai batas akhir sahur. Jadi, jika seseorang masih makan saat imsak, puasanya tetap sah selama belum masuk waktu Subuh," ujar Anwar dikutip dari Kompas.com, Sabtu (1/3/2025).

Meski bukan batas mutlak, waktu imsak tetap memiliki manfaat. Imsak membantu umat Islam mempersiapkan diri sebelum memasuki waktu Subuh.

Selain itu, imsak juga menjadi momen untuk membaca niat puasa dan beribadah lainnya.

Tips Memanfaatkan Waktu Imsak : 

1. Menggosok gigi sebelum Subuh

2. Membaca niat puasa

3. Memperbanyak doa

4. Mempersiapkan shalat Subuh

Waktu imsak lebih bersifat sebagai pengingat dan bentuk kehati-hatian sebelum azan Subuh, bukan sebagai batas mutlak sahur.

Umat Islam masih diperbolehkan makan dan minum hingga azan Subuh selama belum terbit fajar. (*)