Materi Pementasan Teater: Rangkuman Seni Budaya BAB 16 SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka
Artikel berikut membahas mengenai pementasan teater, rangkuman Seni Budaya BAB 16 SMA kelas 10 Kurikulum Merdeka.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Pada kali ini kita akan membahas materi pementasan teater, rangkuman Seni Budaya BAB 16 SMA kelas 10 Kurikulum Merdeka.
Materi dilansir dari Buku Paket Seni Budaya kelas 10 semester 2 karya Zackaria Soetedja, Dewi Suryati, Milasari, Agus Supriatna.
Baca juga: Merancang Pementasan Teater: Rangkuman Materi Seni Budaya BAB 15 Kelas 10 Kurikulum Merdeka
Pengertian Pementasan Teater
Pementasan teater secara umum, merupakan proses komunikasi atau peristiwa interaksi antara pementasan teater dengan penontonnya yang dibangun oleh suatu sistem pengelolaan, yakni manajemen seni pementasan.
Kata teater secara etimologis berasal dari bahasa Inggris “ heatre” dan bahasa Yunani “heaomai” yang berarti dengan takjub melihat dan mendengar.
Pengertian teater dapat dibagi dalam pengertian umum dan sempit.
Teater dalam pengertian umum adalah suatu kegiatan manusia dalam menggunakan tubuh atau benda-benda yang dapat digerakan, di mana suara, musik dan tarian sebagai media utamanya untuk mengekspresikan cita, rasa dan karsa seni.
Teater dalam arti luas adalah segala tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak, misalnya : Wayang Wong, Pementasan Topeng, Wayang Golek, Wayang Kulit, Wayang, Ketoprak, Ludruk, Srandul, Randai, Longser, Akrobatik, Sepak Bola, dan berbagai pertunjukan musik atau Karawitan, Karnaval Seni, dan sebagainya.
Sedangkan dalam arti sempit teater adalah Drama, Drama dalam bahasa Yunani “Dran” atau “Draomai” yang berarti beraksi, berbuat, bertindak, berlaku.
Dalam istilah yang umum, drama adalah salah satu bentuk teater yang memakai lakon dengan cara bercakap-cakap atau gerak-gerik di atas pentas yang ditunjang oleh beberapa unsur artistik pementasan.
Ragam Jenis Teater Tradisional
Indonesia sebagai negara yang kita cintai, dalam kekayaan seninya memiliki keragaman jenis dan bentuk dengan kekhasan dan keunikan tersendiri.
Salah satunya pementasan teater tradisional, baik teater rakyat maupun teater istana memiliki fungsi sebagai media upacara dan hiburan bagi masyarakat pendukungnya.
Teater tradisional sering juga disebut dengan “Teater Daerah” merupakan suatu bentuk teater yang bersumber, berakar, dan telah dirasakan fungsi seninya sebagai milik masyarakat pendukungnya.
Ciri-ciri utama teater tradisional, antara lain sebagai berikut.
- Menggunakan bahasa daerah.
- Dilakukan secara improvisasi.
- Ada unsur nyanyian dan tarian.
- Diiringi tetabuhaan (musik daerah).
- Dagelan/ banyolan selalu mewarnai.
- Adanya keakraban antara pemain dan penonton.\
- Suasana santai.
Ragam jenis teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia, menurut Durachman (2009) dapat dibedakan menjadi bagian, yakni; teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana. Teater Tradisional Rakyat
a. Teater tradisional
Teater tradisional rakyat hadir dari spontanitas kehidupan dalam masyarakat, dihayati oleh masyarakat dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.
Kehadiran teater tradisional rakyat umumnya karena dorongan kebutuhan masyarakat terhadap suatu hiburan, kemudian meningkat untuk kepentingan lain seperti; kebutuhan akan mengisi upacara dan ceremonial keadatan.
Ciri-ciri umum teater rakyat adalah:
- Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi atau kehidupan sehari-hari
- Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian
- Unsur lawakan selalu muncul
- Nilai dari pelaku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus, yakni tertawa dan menangis
- Pementasan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional
- Penonton mengikuti pementasan secara santai dan akrab, dan bahkan tidak terelakan adanya dialog langsung antara pelaku dan publiknya
- Mempergunakan bahasa daerah
- Tempat pementasan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton).
2. Teater Tradisional Istana
Teater tradisional istana adalah suatu suatu jenis teater tradisional dalam perkembangan seni yang telah mencapai tingkat tinggi baik teknis maupun coraknya.
Kemapanan dari jenis teater istana ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari kalangan atas, seperti; raja, bangsawan atau tingkat sosial lainnya, oleh karena itu jenis teater istana kebanyakan lahir dilingkungan istana (pusat kerajaan).
Untuk jenis teater tradisional istana dapat dikemukan sebagai berikut, misalnya : Wayang Golek, Wayang Kulit, Wayang Cepak (Jawa Barat); Wayang Kulit dan Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Ciri-ciri umum teater istana adalah:
- Adanya sumber cerita atau naskah baku dan digarap bersumber cerita ramayana, mahabarata, cerita panji
- Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian
- Nilai dari pelaku dramatik dilakukan secara baku
- Pementasan mempergunakan tetabuhan atau musik yang lebih lengkap dan rumit
- Penonton mengikuti pementasan secara hidmat dan berjarak
- Mempergunakan bahasa baku sangsekerta, kawi
- Tempat pementasan bersifat khusus (dalam istana, pendopo) dengan penonton keluarga istana dan tamu kehormatan).
Unsur Pementasan Teater Tradisional
Suatu pementasan seni, termasuk pementasan teater memiliki persyaratan sebagai unsur penting dalam terselenggaranya pementasan teater.
Tanpa adanya persyaratan tersebut, pementasan seni atau peristiwa seni tidak akan terwujud.
Unsur penting tersebut meliputi unsur; panitia pementasan, materi pementasan, penonton dan tempat pementasan.
1. Unsur Panitia Pementasan
Panitia adalah sekelompok orang-orang yang membentuk suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Panitia pementasan memiliki dua wilayah kerja penting, yakni adanya: panitia artistik atau pelaku atau kreator seni dibawah pimpinan seorang Sutradara (art director) dan panitia non artistik atau penggiat seni dipimpin oleh seorang Pimpinan Produksi yang dipilih dan diangkat atas musyawarah kelas atau teman dalam kelompok yang dibentuk.
2. Unsur Materi Pementasan Teater
Syarat kedua sebagai unsur penting di dalam pementasan adalah wujud, benda, materi atau bentuk ungkap pementasan seni yang mengandung nilai– nilai kehidupan, diciptakan oleh seniman, kreator atau kamu sendiri secara sadar melalui medium seni tertentu di atas pentas.
Materi pementasan yang dimaksud adalah wujud karya teater yang dibangun melalui proses kreatif seniman atau komunal masyarakat melalui tahapan dengan menggunakan medium tertentu bersifat kolektif (bekerja bersama) dengan tanggungjawab secara bersama (kolaborasi) dan memiliki fungsi tertentu pula bagi penontonnya atau masyarakat yaitu apakah untuk hiburan semata atau memiliki fungsi lain terkait kegiatan adat dan upacara.
3. Unsur Penonton
Penonton adalah orang-orang atau sekelompok manusia yang sengaja datang untuk menyaksikan tontonan atau dapat juga dikatakan sebagai apresiator, penikmat, penilai, terhadap materi seni (seni teater) yang dipentaskan.
Oleh karena itu, kehadiran penonton dalam suatu pementasan adalah bersifat mutlak, tanpa penonton pementasan teater adalah kesia-siaan atau kegiatan mubazir, karena pementasan teater membutuhkan suatu penilaian, masukan, penghargaan atau kritikan dari orang lain dalam rangka menciptakan peristiwa seni yang lebih baik dan bermutu.
Oleh karena itu, berpijak pada keragaman latarbelakang penonton dan pengalaman seni, penonton dalam hubungan pementasan teater dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu:
a. Penonton awam, adalah penonton sebagai penikmat seni dengan kecenderungan kurang atau tidak dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman seni.
b. Penonton tanggap, adalah penonton yang memiliki sikap responsif dengan kecenderungan memiliki wawasan dan pengalaman seni, tetapi tidak ditindaklanjuti untuk mengulas terhadap apa yang ditontonnya cukup untuk dipahami dan dinikmati sendiri.
c. Penonton kritis, adalah penonton dengan bekal keilmuan dan pengalaman seni kemudian melakukan ulasan atau menulis kritik pementasan dan dipublikasikan dalam forum ilmiah, diskusi sampai media cetak dan elektronik.
4. Unsur Tempat
Tempat sebagai unsur dalam pementasan teater menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan. Tempat pementasan sebagai tempat berlangsungnya pementasan dapat dilakukan di dalam (Indoor) dan di luar gedung pementasan (Outdoor).
Jenis pentas sebagai tempat pementasan pada dasarnya dapat dibedakan antara lain sebagai berikut:
a. Pentas arena, pentas yang dapat dilihat dari semua arah penonton, biasanya digunakan dalam pementasan teater tradisional rakyat, seperti: di ruang pendopo, di lapangan terbuka, di alun-alun, di tegalan sawah, di pinggir jalan, di pasar, di halaman rumah, dan sebagainya.
b. Pentas proscenium, atau disebut panggung di dalam gedung, yakni penonton hanya dapat menikmati dari arah depan (adanya jarak penonton dan tontonan) biasanya pementasan teater modern.
c. Pentas campuran merupakan bentuk-bentuk panggung perpaduan antara panggung arena dan panggung proscenium, misalnya; panggung bentuk L, U, I, Segi enam, segi lima atau setengah lingkaran, biasanya panggung semacam ini dipergunakan dalam kepentingan showbiz, catwork (modeling).
Teknik Pementasan Teater Tradisional
Teknik adalah cara, metode dan strategi untuk memudahkan kerja dalam sanggupan menyelesaikan suatu tugas.
Teater tradisional sebagai salah satu bentuk pementasan ditinjau dari media yang digunakannya, Sumardjo (2004) membaginya ke dalam; teater boneka dan teater manusia.
Teater tradisional boneka, sebagai teater yang menggunakan alat atau media ungkapnya adalah boneka (mufet), seperti; wayang golek, wayang cepak, wayang kulit, topeng, tuping, ondel-ondel, dst.
Teater manusia adalah teater dalam pementasannya dominan menggunakan alat penyampai pesan ceritanya menggunakan manusia (pemeran) dengan totalitas tubuhnya (seni peran, menari, menyanyi, bercerita, mendongeng, dan sebagaim.), contohnya; wayang wong, seni bertutur, dst.
Teknik pementasan teater tradisional dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni teater tutur, teater boneka dan teater manusia yang memiliki kekhasan tersendiri, terutama dalam hal media ekspresi yang dominan digunakan.
Teater tutur merupakan teater tradisional dengan kekhasan penyampaian cerita atau lakon yang dibawakan dengan cara mendongeng atau bercerita sambil diiringi musik atau tidak diiringi musik, misalnya; Seni Pantun dari Jawa Barat, Madihin dari Riau, Cepung dari NTB, Kentrung dari Jawa Timur, PmToh dari Aceh, dst.
Teater tradisional yang tergolong dalam teater boneka, biasanya media utamanya menggunakan boneka atau tiruan dari benda atau mahluk hidup yang dijadikan alat untuk menyampaikan cerita atau lakon.
Teater manusia yakni pementasan teater tradisional atau pun non tradisional dimana manusia sebagai media utama dalam melakukan aksi seni peran di atas pentas yang dijalin oleh sebuah lakon dengan beberapa unsur artistik pentas sebagai pendukungnya.
Kreativitas Pementasan Teater
Pementasan teater merupakan hasil kreativitas para pendukung pentas, yakni pelaku seni (sutradara, pemeran, pemusik, penari dan para penata artistik) dan penggiat seni (pimpinan produksi dan panitia pementasan nonartistik).
Kreativitas teater adalah suatu metode atau cara untuk mengoptimalkan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pembelajaran seni teater terhadap penguasaan dan pengolahan; tubuh, suara, sukma dan pikir yang dimiliki para siswa dengan totalitas, penuh kesadaran, dan tanggungjawab sesuai tugas yang diembannya.
Sehingga melalui pembelajaran pementasan seni teater diperoleh manfaat ganda, berupa: kebugaran, kecerdasan, kebersamaan, kedisiplinan, dan terjadi peningkatan kualitas dalam melatih tanggungjawab melalui media pementasan teater.
Pementasan teater sebagai bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan beberapan tahapan penting. Tahapan-tahapan tersebut, meliputi: prapementasan, pementasan dan pasca pementasan.
Baca juga: Materi Kritik Seni Tari, Rangkuman Seni Budaya BAB 13 SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka
(MG Alya Hasna Khoirunnisa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.