Kabinet Prabowo Gibran

PROFIL Meutya Hafid, dari Jurnalis yang Disandera di Irak hingga Calon Menteri Kabinet Prabowo

Meutya Hafid memulai kariernya sebagai seorang jurnalis televisi. Meutya termasuk salah satu dari 49 tokoh yang diundang ke kediaman Prabowo Subianto

instagram.com/meutya_hafid
PROFIL Meutya Hafid, dari Jurnalis yang Disandera di Irak hingga Calon Menteri Kabinet Prabowo 

TRIBUNJOGJA.COM - Meutya Viada Hafid atau yang dikenal sebagai Meutya Hafid, seorang politisi dari Partai Golkar sekaligus Anggota DPR RI, dikabarkan menjadi kandidat kuat untuk mengisi posisi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) dalam kabinet Prabowo-Gibran. 

Kabar ini muncul setelah spekulasi mengenai penyusunan kabinet baru kian ramai diperbincangkan. 

Meutya termasuk salah satu dari 49 tokoh yang diundang ke kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta, untuk membahas kemungkinan susunan kabinet pada Senin (14/10/2024).

Berikut adalah profil dan perjalanan karier Meutya Hafid.

Lalu, bagaimana perjalanan karier dan kisah hidup Meutya Hafid? Simak profilnya berikut ini:

1. Karier Jurnalistik yang Cemerlang

Meutya Hafid memulai kariernya sebagai seorang jurnalis televisi. 

Setelah menyelesaikan pendidikan di Crescent Girls' School di Singapura dan meraih gelar Sarjana Teknik Manufaktur dari Universitas New South Wales (UNSW) di Australia, ia memutuskan kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Metro TV sebagai reporter dari tahun 2001-2008.

2. Insiden Penyanderaan di Irak

Pada tahun 2005, Meutya dikirim untuk meliput pemilu di Irak bersama seorang juru kamera bernama Budiyanto. 

Namun, saat bertugas, mereka diculik oleh kelompok milisi bersenjata Mujahidin. 

Kontak terakhir Metro TV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Meutya dan Budiyanto disandera selama tujuh hari sebelum akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. 

Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh.

Pengalaman ini tidak hanya menjadikannya sorotan publik, tetapi juga membentuk pandangannya terkait isu-isu internasional dan kebijakan luar negeri.

Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak.  

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved