Berita Magelang Hari Ini

Terapi Nepak untuk Syaraf Kejepit di Magelang, Bisa Layani Ribuan Pasien Sebulan

Terapi menggunakan metode chiropractic, sebuah teknik yang fokus pada gangguan neuro-muskuloskeletal, khususnya pada tulang belakang, leher, dan sendi

|
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Yuwantoro Winduajie
Ibrahim Bayu Aji saat memberikan penanganan pada pasiennya, Kamis (10/10/2024) 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Klinik terapi 'Nepak' yang didirikan Ibrahim Bayu Aji (35) di Jalan Sultan Agung Nepak 1, Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, menjadi tempat alternatif bagi masyarakat yang mengalami masalah saraf kejepit. 

Bayu mengenakan tarif seikhlasnya bagi pasien yang ingin berobat di tempatnya. 

Hal itu membuat kliniknya diminati masyarakat hingga  bisa melayani ribuan pasien dalam satu bulan meski baru eksis sejak beberapa bulan lalu.

Terapi yang ditawarkan Bayu salah satunya menggunakan metode chiropractic, sebuah teknik yang fokus pada gangguan neuro-muskuloskeletal, khususnya pada tulang belakang, leher, dan sendi-sendi tubuh lainnya.

Sebagian masyarakat menjuluki praktik terapi ini dengan istilah 'kretek' atau 'krek', merujuk pada suara yang dihasilkan saat terapis melakukan terapi pada pasien.

Meski demikian, metode yang diterapkan di klinik 'Nepak' bersifat dinamis, tidak terpaku pada satu pendekatan saja. 

"Kami menganalisis metode apa yang tepat untuk setiap pasien, dan jika ada yang lebih baik, kami akan menggunakannya," jelas Bayu pada Kamis (10/10/2024).

Klinik yang ia jalankan telah menangani beragam keluhan dari pasiennya. 

Mayoritas terkait saraf kejepit kemudian juga ada masalah seperti dislokasi, sakit pinggang, cedera olahraga, dan masalah tulang belakang.

Lebih lanjut, Bayu tidak mematok tarif bagi pasien.

Biaya terapi diserahkan sepenuhnya kepada pasien, dengan kotak donasi sebagai tempat bagi pasien yang ingin memberikan kontribusi. 

Bahkan tak jarang ada pasien yang memberikan amplop kosong alias tak membayar sama sekali, namun dia tak pernah keberatan.

Meski mengandalkan donasi, klinik ini tetap mampu menggaji lima karyawannya yang terdiri dari empat terapis dan satu admin. 

"Semua biaya seikhlasnya, monggo (silahkan) saja," ujarnya.

Klinik terapi Nepak memiliki kuota harian sebanyak 50 pasien, tanpa reservasi online sehingga pasien harus datang dan mengantre langsung di kediaman Bayu.

Adapun durasi pengobatan rata-rata membutuhkan waktu sekitar 20 menit per pasien.

Klinik buka dari Sabtu hingga Kamis, pukul 09.00 hingga 17.00 WIB, sementara hari Jumat tutup.

"Pasiennya sudah dari mana saja, paling banyak memang Magelang kemudian Jogja, Salatiga, Semarang, Solo, Klaten, Boyolali, Banten dan paling jauh ada dari Surabaya," ungkapnya.

Bayu sendiri memulai terapi ini setelah mendapatkan dorongan dari gurunya di Purwokerto, Jawa Tengah dan mulai intens melakukan terapi di Purwokerto pada tahun 2021 ketika pandemi Covid-19 masih menerpa kala itu.

Pada Agustus 2024, Bayu memberanikan diri untuk mendirikan kliniknya sendiri di Magelang dan meninggalkan pekerjaan lamanya di proyek konstruksi.

"Dulu hanya semengalirnya saja, sudah puluhan tahu sebenarnya. Tapi setelah disertifikasi dan termanage dengan baik, saya memutuskan membuka klinik ini di Magelang," kata Bayu. 

Sejak membuka klinik di Magelang pada Juli 2024, jumlah pasien terus meningkat. 

Pada bulan pertama membuka klinik, tercatat ada 475 pasien, kemudian meningkat menjadi 659 pasien di bulan Agustus, dan 1.002 pasien pada September.

Di awal Oktober 2024, jumlah pasien sudah mencapai 400 orang.

Pasien yang datang ke klinik 'Nepak' pun beragam, mulai dari anak muda hingga lansia. Sebagian besar mengeluhkan saraf kejepit dan cedera olahraga. 

Bayu berharap melalui klinik ini, ia dapat terus memanfaatkan kemampuan dan tenaganya untuk membantu lebih banyak orang. 

"Saya ingin hidup ini bisa bermanfaat bagi banyak orang, mumpung masih muda," ujarnya. 

Salah satu pasien yang mencoba terapi di Klinik 'Nepak', Sarah (34) mengungkapkan pengalamannya.

"Sebelumnya, saya sering merasa tidak nyaman di bagian tulang belikat dan pinggang yang kerap kram. Saya memang seorang dancer dan sering mengajar zumba serta senam, jadi sering merasa pegal. Tapi setelah terapi di sini, rasanya berbeda, tubuh jadi lebih lentur lagi," ungkapnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved