Hasil Sensus Pertanian 2023, BPS Sebut Jumlah Unit Usaha Pertanian di Klaten Turun 24,16 Persen 

 Jumlah unit usaha sektor pertanian di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mengalami penurunan sebanyak 24,16 persen selama 10 tahun terakhir

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Dewi Rukmini
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klaten menggelar acara sosialisasi statistik terkait optimalisasi potensi sektor pertanian Kabupaten Klaten di Ballroom Borobudur Hotel Tjokro Klaten pada Rabu (2/10/2024). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Jumlah unit usaha sektor pertanian di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mengalami penurunan sebanyak 24,16 persen selama 10 tahun terakhir.

Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klaten, Rudi Cahyono, dalam acara sosialisasi kegiatan statistik.  

Kegiatan yang mengangkat tema optimalisasi potensi sektor pertanian Kabupaten Klaten itu digelar di Ballroom Borobudur Hotel Tjokro Klaten pada Rabu (2/10/2024).

"Berdasarkan sensus pertanian 2023, jumlah unit usaha pertanian di Kabupaten Klaten ada sebanyak 109.543 unit. Jika dibandingkan 10 tahun lalu atau sesuai hasil sensus pertanian 2013, unit usaha di Klaten tercatat sebanyak 144.431, sehingga ada penurunan 24,16 persen," ungkap Rudi, Rabu (2/10/2024).
 
Rudi mengungkapkan ada tiga jenis usaha pertanian  yang dimiliki petani Kabupaten Klaten, yakni usaha pertanian perorangan, usaha pertanian berbadan hukum, dan usaha pertanian lainnya yang dilakukan secara berkelompok semisal KWT (kelompok wanita tani).

Menurutnya, usaha pertanian perseorangan masih mendominasi para petani di Kabupaten Klaten, baik sesuai sensus 2013 lalu yang mencatat ada 144.414 unit dan turun menjadi 109.415 unit pada 2023. 

Adapun jumlah usaha tani berbadan hukum juga berkurang dari 13 unit pada 2013 menjadi tujuh (7) unit pada 2023.

Sedangkan jumlah usaha pertanian yang dilakukan secara berkelompok, justru mengalami kenaikan dari 4 unit pada 2013 menjadi 121 unit pada sensus 2023.

"Kalau dilihat dari gambaran per sektornya, usaha pertanian yang paling mendominasi adalah subsektor tanaman pangan 69.066 unit, lalu peternakan 66.455 unit, dan sektor hortikultural sebanyak 29.061 unit usaha. Sementara yang paling kecil adalah jasa pertanian hanya sebanyak 259 unit," paparnya. 

Baca juga: Pedagang hingga Pelaku UMKM di Klaten Keluhkan Penurunan Daya Beli Masyarakat

Sementara itu, jika dilihat terkait sebarannya, Rudi menyebutkan bahwa Kecamatan Jatinom menjadi daerah yang paling banyak memiliki usaha pertanian perorangan dengan 9.111 usaha.

Diikuti Kecamatan Kemalang dengan 8.538 unit usaha, Kecamatan Trucuk 7.650 usaha, dan paling sedikit di wilayah perkotaan yakni Kecamatan Klaten Utara (hampir 1.000 usaha) serta Klaten Tengah (1.300 usaha). 

"Jadi untuk potensi pertanian di Kabupaten Klaten, saya kira masih aman meski jumlah UPT-nya secara keseluruhan turun. Tadi saya juga sempat berbincang dengan Pak Asisten Bidang Perekonomian Setda Klaten bahwa tahun ini ada target penambahan luas area tanam sejumlah 500 hektare. Semoga bisa menambah pemanfaatan sektor pertanian," paparnya. 

Lebih lanjut, Rudi menuturkan kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan.

Pasalnya, jika dilihat secara spesifik menurut kategori lapangan usaha di Kabupaten Klaten, pertanian menempati share sektor 9,83 persen. 

Hal itu lebih kecil dibanding share sektor industri pengolahan 37 persen dan perdagangan 14,86 persen. 

Padahal pada 2020 lalu, share sektor pertanian di Kabupaten Klaten mencapai 10,9 persen. 

Adapun jika dilihat dari penyerapan tenaga kerja, penduduk Kota Bersinar yang bekerja di sektor pertanian hanya 17,16 persen dari total penduduk bekerja sebanyak 623.119 orang.

Jumlah tersebut lebih sedikit dibanding jumlah penduduk yang bekerja di sektor jasa mencapai 48 persen dan manufaktur 30 persen. 

"Akibatnya produktivitas di sektor pertanian kalah dengan produktivitas sektor manufaktur dan jasa. Produktivitas sektor pertanian pada 2023 mencapai Rp 44 juta. Sementara produktivitas sektor manufaktur rata-rata mencapai Rp110 juta dan jasa Rp66 juta. Sehingga orang-orang lebih milih bekerja di sektor dengan penghasilan tinggi, mungkin jadi karyawan pabrik atau sektor manufaktur lain," tuturnya. 

Selain itu, pendidikan juga menjadi tantangan terbesar sektor pertanian di Kabupaten Klaten.

Sebab, menurut hasil survei angkatan kerja, mayoritas warga Klaten yang berkecimpung di sektor pertanian memiliki pendidikan SD ke bawah (54 persen).

Sedangkan yang berpendidikan lulusan SMP-SMA 41 persen dan lulusan perguruan tinggi hanya 4,28 persen. 

Adapun terkait potensi pertanian di Kabupaten Klaten, Rudi menyampaikan komoditas yang paling banyak diusahakan petani Bumi Bersinar antara lain padi, jagung, sapi potong, ternak ayam kampung, ternak kambing potong, tanam pohon sengon, pisang kepok, ubi kayu, hingga cabai rawit. 

Disebutkan tanaman padi paling banyak dibudidayakan di Kecamatan Cawas, Trucuk, dan Karangdowo.

Lalu, pertanian jagung paling banyak di Kecamatan Tulung, Trucuk, dan Jatinom. 

Sapi potong banyak diternakkan di Kecamatan Kemalang, Jatinom, dan Manisrenggo. Sementara peternakan ayam kampung banyak di Kecamatan Trucuk dan Kemalang. 

"Karena itu, kami berharap hasil survei sensus pertanian 2023 tersebut bisa menjadi suport bagi pemerintah atau stakeholder agar merumuskan kebijakan yang tepat di sektor pertanian. Selain itu, potensi-potensi yang ada di tiap wilayah juga bisa lebih dikembangkan lagi," katanya. 

Kegiatan siang itu juga menghadirkan narasumber dari Universitas Gajah Mada (UGM), Profesor Catur Sugiyanto. Ketua Program Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM itu menyampaikan untuk mengoptimalisasi potensi sektor pertanian dibutuhkan peran anak muda. 

Lantaran, anak muda dinilai memiliki gaya bertani yang berbeda dengan orang tua.

Dia menilai, rata-rata anak muda cenderung menginginkan hasil pertanian yang besar dan cepat, sehingga produk yang ditanam memiliki produktivitas bulanan. 

"Maka dari itu anak muda yang turun ke pertanian biasanya lebih jeli melihat komoditi yang memiliki nilai jual tinggi," ujarnya. 

Selain itu, anak muda juga dinilai cenderung lebih kreatif sehingga sering mengabungkan pertanian dengan sektor lainnya, semisal pariwisata dan perdagangan.

Maka dari itu, optimalisasi potensi sektor pertanian bisa dilakukan dengan cara kolaborasi atau pengabungan antar sektor tersebut. 

"Selama anak muda mau berinovasi menggunakan teknologi dengan baik di sektor pertanian, kami tetap optimis.Emang gaya bertani mereka tidak sama seperti orang dulu. Tapi selama mereka mau terjun ke pertanian, maka sektor pertanian di Indonesia akan tetap cerah," ucap dia.

Pihaknya juga menyebut perlu ada keterkaitan rumah makan, hotel, dan restoran-restoran untuk bisa bekerja sama dengan petani sekitar. Sehingga akan tumbuh lingkaran pertumbuhan ekonomi lokal di sekitar kawasan tersebut. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved