Ramadan 2024

Mutiara Ramadan: Sudut Pandang Manusia Tentang Puasa Ramadan

Mayoritas umat Islam dalam memaknai bulan Ramadan memiliki pandangan yang berbeda didasari atas pemahaman agama dan keimanan yang dimiliki.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Ahmad Nasirul Huda SPd, Waka MA Darul Mushlihin Bantul 

Tribunjogja.com - MANUSIA adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dengan struktur tubuh yang kompleks dan berbeda-beda.

Dari ujung kepala sampai bawah memiliki organ yang bermacam-macam mulai dari warna kulit, tinggi badan dan berat badan.

Begitu juga dalam memaknai suatu hal, masing-masing manusia memiliki sudut pandang yang berbeda.

Mayoritas umat Islam dalam memaknai bulan Ramadan memiliki pandangan yang berbeda didasari atas pemahaman agama dan keimanan yang dimiliki.

Ahli maksiat

Di dalam kacamata orang yang ahli maksiat, bulan Ramadan dianggap sebagai salah satu penghalang baginya untuk melakukan aktivitas duniawi dan hasrat hawa nafsu yang dilarang ketika puasa seperti makan, minum, bersetubuh di siang hari, maksiat, mengadu domba, gibah, dan lain-lain.

Adanya bulan Ramadan menjadikan semua kegiatan di atas yang lazimnya rutin ia tunaikan setiap hari, ketika Ramadan datang menjadi dilarang, bahkan diharamkan oleh syariat dengan alasan bisa membatalkan ibadah puasa.

Meskipun larangan ini tidak secara penuh dan hanya pada beberapa waktu saja, namun hal tersebut menjadikan mereka tampak terganggu dan bahkan menentangnya sehingga tidak sedikit dari mereka yang dengan bangga melanggarnya.

Hal ini menunjukkan betapa ironisnya pemahaman tentang bulan Ramadhan dan ibadah Puasa, seakan-akan mereka yang masuk ke dalam golongan ini sangat kecil kemungkinan bisa menggapai ampunan dan hidayah Allah SWT.

Orang awam

Esensi bulan Ramadan menurut sudat pandang orang yang imannya labil (awam) adalah bahwa kehadirannya dianggap sebagai sesuatu yang biasa, tidak senang dan tidak susah.

Hati dan keimanannya menerima dengan ihlas.

Hadirnya bulan Ramadan bagi orang awam ini dimaknai seperti ibadah lain seperti salat, zakat, mengaji, dan sedekah.

Bulan Ramadan menurut keimanan orang awam adalah perintah dari Allah SWT yang diturunkan untuk dilaksanakan sebagai bentuk kewajiban seorang muslim.

Tidak ada nuansa senang, bahagia, apalagi semangat untuk memperbaiki kualitas ibadah.

Mereka melaksanakan semua ibadah di bulan Ramadan sebagaimana melakukan kewajiban ibadah lain, atau hanya sebatas memenuhi kewajiban saja sebagai seorang muslim.

Artinya orang awam ketika Ramadan tiba tetap menjalankan ibadah dan ritual keagamaan yang diperintah seperti puasa, tadarus, sahur, dan lain-lain dengan tertib dan istiqomah.

Semua ibadah mereka kerjakan karena memang di dalam keyakinannya masih menyimpan benih-benih keimanan.

Orang sholih

Sedangkan bagi orang-orang sholih, bulan Ramadan merupakan ajang untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah, dan menggapai ridlo Allah SWT.

Hadirnya bulan Ramadan menjadi dambaan untuk dapat meraih derajat yang mulia di sisi-Nya dengan memperbanyak ibadah baik mahdhoh atau ghairu mahdhah.

Di setiap waktu mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari semuanya diisi dengan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hal ini dilakukan karena menganggap bahwa bulan Ramadan adalah salah satu reward yang disiapkan Allah SWT kepada umat Rasulullah SAW.

Satu-satunya bulan di mana umat Islam bisa mendapatkan pahala beribadah 1000 bulan apabila bisa mendapatkannya, yaitu pada Malam Lailatul Qodar, dan itu hanya ada pada bulan Ramadan.

Dari ketiga jenis golongan di atas, tentu hanya diri sendiri yang bisa menentukan di mana letak posisi kita saat ini.

Apakah di posisi pertama yang selalu menjadikan Ramadan sebagai musuh utama untuk mendapatkan keindahan dunia, atau menjadi yang beriktunya dengan menyamakan Ramadan seperti bulan pada umumnya, atau juga menjadi yang terakhir, dengan menjadikan Ramadan sebagai tangga untuk meraih ketaqwaan dan meningkatkan kualitas ibadah kita di sisi-Nya.

Semoga di Ramadhan tahun ini kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung dan selalu mendapatkan ridlo Allah SWT. Amiin. (*)

Oleh : Ahmad Nasirul Huda SPd, Waka MA Darul Mushlihin Bantul

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved