Ramadan 2024

Mutiara Ramadan : Puasa Sebagai Pelatihan Menuju Sikap Ikhlas dan Jujur di Kehidupan Sehari-hari

Puasa betul-betul menjadi sarana untuk latihan belajar ikhlas, belajar sabar, belajar jujur, serta belajar tidak curang.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Ir. H. Azman Latif, Wakil Ketua PW Muhammadiyah DIY. 

Tribunjogja.com - Hari ini kita masih dalam awal bulan Ramadan, bulan yang penuh barokah, penuh ampunan, di mana umat Islam diwajibkan untuk berpuasa agar kita menjadi orang yang bertakwa.

Puasa adalah ibadah yang unik dan berbeda dengan ibadah-ibadah lain. Ibadah yang tidak dapat disombongkan. Karena, memang apa yang dapat kita sombongkan dengan berpuasa? 

Kalau ibadah-ibadah yang lain, dapat diselewengkan untuk sarana menyombongkan diri, seperti zakat, haji, umrah bahkan salat. 

Banyak yang menyelewengkan ibadah-ibadah itu dengan berswafoto, misalnya untuk kemudian diunggah di media sosial.

Tapi, saya kira, tidak ada yang berswafoto ketika sedang puasa, karena yang terlihat hanyalah wajah pucat, lesu, ngantuk.

Oleh karenanya, puasa betul-betul menjadi sarana untuk latihan belajar ikhlas, belajar sabar, belajar jujur, serta belajar tidak curang.

Puasa benar-benar belajar ikhlas.

Puasa hanya untuk Allah semata, tidak untuk yang lain.

Sudah selayaknya pembelajaran ini dapat kita tularkan pada semua aspek ibadah dan kehidupan agar seluruhnya semata untuk Allah.

Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu (Hadits Riwayat Muslim).

Puasa juga merupakan ajang latihan kejujuran, karena amat jarang orang yang pura-pura puasa, amat jarang orang yang ketika puasa secara sembunyi-sembunyi makan atau minum di tempat yang sepi.

Puasa sekaligus juga tidak mungkin berlaku curang. 

Bagaimana rasanya saat berbuka puasa, padahal siangnya sebenarnya sudah makan ataupun minum. Ketika saat puasa kita dapat melakukan kejujuran, mestinya di luar puasa kitapun mampu konsisten bertindak jujur, tidak berlaku curang. Sebab, selain menipu diri sendiri, perilaku curang juga diancam oleh Allah.

Pada saat puasa, kita akan menjaganya dengan sangat hati-hati, jangan sampai puasa kita batal, jangan sampai ada makanan atau minuman sekecil apapun masuk ke mulut kita.

Sehingga, berkumurpun sangat hati-hati. Itulah latihan untuk menjadi taqwa yang sebenarnya karena pengertian taqwa adalah hati-hati.

Puasa yang merupakan ajang latihan sudah semestinya membawa kita pada kehidupan kita sehari-hari dengan sikap ikhlas, jujur, tidak curang, disiplin penuh kehati-hatian. Itulah pendekatan pada taqwa, sehingga tidak ada alasan lagi orang yang berpuasa kok berlaku curang, tipu-tipu.

*) Oleh : Ir. H. Azman Latif (Wakil Ketua PW Muhammadiyah DIY)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved