Berita Pendidikan Hari Ini

Lima Mahasiswa UGM Ciptakan Alat Pendeteksi Stunting Teknologi AI, Butuh 5 Detik Cek Kondisi Bayi

Alat yang lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2023 ini dibuat karena keprihatinan mereka akan kasus stunting yang masih tinggi di

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Lima mahasiswa UGM ciptakan alat pendeteksi stunting pada bayi dari teknologi AI 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mulai dimanfaatkan untuk mendeteksi kasus stunting atau gangguan pertumbuhan pada balita.

Alat ini digagas oleh lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yakni AA Gde Yogi Pramana, Haidar Muhammad Zidan (IUP Elektronika dan Instrumentasi), Faiz Ihza Permana (Teknik Biomedis), Ichsan Dwinanda Handika (Teknik Biomedis), serta Salsa Novalimah (Gizi Kesehatan).

Alat yang digunakan mendeteksi stunting ini diberi nama Electronic Stunting Detection System (ESDS).

Baca juga: Indonesia Kirimkan Lagi Bantuan Kemanusiaan Untuk Palestina

Alat yang lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2023 ini dibuat karena keprihatinan mereka akan kasus stunting yang masih tinggi di Indonesia, termasuk di DIY. 

Prevalensi stunting di Indonesia saat ini sebesar 21,6 persen, sementara target yang ingin dicapai adalah 14 persen pada 2024.

Sedangkan di DIY prevalensi stunting pada 2022 masih di angka 16,4 persen.

Sementara itu selama ini deteksi dini stunting yang sering dilakukan kader kesehatan di posyandu masih sering terjadi kesalahan dan tidak akurat. 

Sebab kurangnya keterampilan kader dan tidak sesuainya alat pengukur dengan standar antropometri. 

Pengukuran anak di bawah dua tahun biasanya diukur menggunakan infantometer board dan timbangan.

"Namun alat kami ini bisa mengukur massa dan panjang tubuh bayi untuk mendeteksi apakah masuk kategori stunting atau tidak. Akurasinya 95 sampai 99 persen," ujar Yogi, Senin (20/11/2023).

Menurut Yogi, alat yang mereka kembangkan sejak Juni 2023 lalu itu memiliki sejumlah indikator. 

Bayi usia 0-24 bulan disebut masuk kategori stunting bila memiliki berat badan dibawah 2,5 kg dengan tinggi badan dibawah 49 cm.

Alat yang dibuat dengan harga sekitar Rp3 juta tersebut terintegrasi dengan sistem informasi yang tersedia dalam bentuk website application dan mobile application. 

Dalam aplikasi itu ditampilkan informasi tumbuh kembang anak, status gizi pada bayi dua tahun, indikasi stunting, edukasi sederhana terkait gizi anak, serta menampilkan riwayat tumbuh kembang anak.

"Alat ini bisa mencatat secara digital tinggi, berat badan bayi yang terintegrasi dengan web application untuk mengendalikan alat ukur," jelasnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved