Berita Pendidikan Hari Ini

Guru Besar UGM Dorong Integrasi Peternakan Sapi di Area Perkebunan Sawit

Melalui penggembalaan ternak sapi dengan metode rotasional grazing di bawah tegakan tanaman Perkebunan Sawit bisa menekan biaya pakan dan pemeliharaan

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Ir. Bambang Suhartanto, DEA., IPU. saat pidato pengukuhan Guru Besar dirinya di bidang Nutrisi dan Makanan Ternak, Selasa (19/9/2023), di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM . 

Tribunjogja.com - Luas perkebunan sawit di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 11,2 juta hektar.

Lalu meningkat menjadi 14,66 juta pada tahun 2021 dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 14,99 juta hektar dengan produksi total 45,58 juta ton atau rata-rata 3,04 ton per hektar.

Luasan lahan vegetasi di bawah tegakan perkebunan kelapa sawit menurut Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Ir. Bambang Suhartanto, DEA., IPU., berpotensi menyediakan pakan ternak ruminansia dengan cara digembalakan dengan ketersediaan rumput, forb dan legum, pakis serta tanaman lain.

“Integrasi sapi dalam perkebunan sawit merupakan bentuk pertanian terpadu dimana ternak sapi memanfaatkan hijauan antar pohon dan hasil samping industri perkebunan kelapa sawit," ujarnya pada  pidato pengukuhan Guru Besar dirinya di bidang Nutrisi dan Makanan Ternak, Selasa (19/9/2023), di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM .

Pada pidato pengukuhan Guru Besar, Bambang Suhartanto menyampaikan pidato berjudul Sistem Integrasi Tanaman Pakan dan Kelapa Sawit untuk Mendukung Produksi Ternak Ruminansia di Indonesia, Bambang menyebutkan sistem integrasi sapi dan kelapa sawit merupakan bentuk sistem pertanian terpadu yang ideal jika disediakan lahan untuk tanaman pakan ternak ketika umur tanaman sawit sudah melebihi 5 tahun.

Baca juga: Mahasiswa UGM Latih Masyarakat di Magelang Olah Limbah Batang Pisang Jadi Kompos

Melalui penggembalaan ternak sapi dengan metode rotasional grazing di bawah tegakan tanaman Perkebunan Sawit bisa menekan biaya pakan dan pemeliharaan.

“Sekitar 4 juta sapi dapat dipelihara dengan biaya murah,” paparnya.

Disamping potensi vegetasi di bawah tegakan tanaman, tambahnya, hasil samping tanaman sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pelepah dan daun sawit serta hasil samping pengolahan sawit berupa  lumpur sawit serta sawit dan bungkil inti sawit bisa digunakan sebagai sumber pakan ternak.

“Sebaliknya bagi perkebunan kelapa sawit, kotoran ternak sapi bisa sebagai penyedia unsur hara untuk meningkatkan kesuburan lahan kebun kelapa sawit dan pengendalian gulma,” tegasnya.

Bambang Suhartanto menilai ternak ruminansia paling baik jika dipelihara dengan cara digembalakan di padang rumput sehingga ternak secara langsung dapat mengambil pakan yang diinginkan dan dibutuhkan.

Namun tidak semua ternak dapat dipelihara di padang penggembalaan akibat terbatasnya ladang padang rumput sehingga penggembalaan ternak di area perkebunan sawit menjadi salah satu pilihan dalam mewujudkan kemandirian pangan dari produk peternakan. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved