Ajaran Filsuf
Apa Itu Cinta? Apa Saja Jenisnya? Simak Penjelasannya Menurut Erich Fromm Sang Ahli Cinta
Adalah benar bahwa orang egois tidak mampu mencintai orang lain, dan mereka juga tak mampu mencintai diri mereka sendiri.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Erich Fromm, seorang filsuf ahli cinta yang sangat terkenal dengan teori psikologi humanistiknya sering dijadikan rujukan bagi seseorang yang ingin menggali makna cinta yang sebenarnya.
Beberapa pasangan saling menyatakan cinta dengan mengatakan “Aku cinta kamu”, tanpa tau arti sebenarnya.
Atau malah jangan-jangan sama sekali tidak tahu menahu perihal cinta.
Banyak orang yang berusaha mendefinisikan cinta, cinta adalah begini, begitu, dan seterusnya.
Seorang sufi masyhur Jalaluddin Rumi yang terkenal dengan puisi-puisi cintanya memilih tidak mendefinisikan cinta.
Baginya, cinta tidak dapat diungkapkan dengan cara apapun, meskipun kita memujinya dengan seratus lidah.
Namun, ungkapan Jalaluddin Rumi ini tidak bisa dicerna mentah-mentah oleh orang awam.
Sebab, manusia adalah makhluk yang haus akan definisi-definisi.
Erich Fromm mencoba menjawabnya dengan pendekatan psikologi.
Dalam bukunya yang berjudul “The Art of Loving” Erich Fromm mengatakan bahwa cinta bukan semata-mata suatu hubungan dengan seseorang.
Lebih dari itu, cinta adalah sikap, suatu orientasi karakter yang menentukan keterkaitan seseorang dengan dunia secara keseluruhan, bukan pada satu “obyek” cinta.
Jika seseorang mencintai hanya satu orang dan tak acuh dengan orang-orang lain, cintanya bukanlah cinta melainkan keterikatan simbiotik, atau egotisme yang meluas.
Fromm menambahkan, cinta adalah orientasi yang mengarah pada semua dan tidak pada satu orang.
Namun, dengan berkata demikian bukan berarti tak ada perbedaan dalam jenis-jenis cinta.
Keragaman jenis cinta itu berdasarkan pada obyek yang dicintai.
Berikut jenis-jenis cinta menurut Erich Fromm:
1. Cinta Persaudaraan
Cinta persaudaraan merupakan jenis cinta paling fundamental yang mendasari seluruh jenis cinta.
Cinta ini untuk seluruh umat manusia, cirinya tak banyak eksklusivitas.
Dalam cinta persaudaraan, hadir perasaan bersatu dengan seluruh manusia, solidaritas sesama, dan kesatuan manusia.
Cinta ini dapat dimanifestasikan dengan rasa tanggung jawab, perhatian, saling menghargai dan menghormati, kasih sayang sesama manusia, dan bertindak adil dalam bermasyarakat.
2. Cinta Keibuan
Cinta keibuan adalah afirmasi tanpa syarat atas hidup sang anak dan kebutuhannya.
Afirmasi pada hidup anak punya dua aspek, aspek yang pertama adalah perhatian dan tanggung jawab yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan anak.
Aspek lainnya lebih dari sekadar memelihara, yaitu perilaku yang menanamkan dalam diri anak cinta untuk hidup.
Hubungan ibu dan anak pada dasarnya adalah cinta yang tak setara, di mana yang satu membutuhkan semua bantuan, dan yang lain memberikannya.
Karena sifat altruistis dan tidak egois inilah cinta keibuan dianggap sebagai jenis cinta tertinggi dan paling sakral di antara semua ikatan emosional.
3. Cinta Erotis
Cinta erotis yaitu hasrat untuk bersatu sepenuhnya, bersatu dengan dua seorang.
Cinta ini pada dasarnya eksklusif dan tidak universal, juga mungkin bentuk cinta paling memperdaya yang pernah ada.
Dalam cinta erotis, terdapat eksklusivitas yang nyaris tak ada dalam cinta persaudaraan dan cinta keibuan.
Jenis cinta ini dapat digambarkan sebagai dua orang yang mengidentifikasi dirinya pada pasangannya.
Lalu mengatasi persoalan terasing dengan meluaskan individu satu menjadi dua.
Mereka memang telah mengatasi kesendirian, tapi karena terpisah dari seluruh umat manusia, mereka tetap terpisah dari satu sama lain dan terasing dari diri sendiri, mereka mengalami penyatuan sebagai ilusi.
4. Cinta Diri
Menghormati integritas dan kekhasan diri, mencintai dan memahami diri sendiri, tak dapat dipisahkan dengan menghormati, mencintai, dan memahami individu lain.
Adalah benar bahwa orang egois tidak mampu mencintai orang lain, dan mereka juga tak mampu mencintai diri mereka sendiri.
Mencintai adalah aktualisasi dan pemusatan kekuatan cinta.
Afirmasi mendasar yang terdapat dalam cinta diarahkan pada yang dicintai sebagai inkarnasi dari sifat-sifat manusia.
5. Cinta Tuhan
Kebutuhan mencintai berasal dari perasaan terasing dan keinginan mengalahkan keterasingan yang menggelisahkan itu melalui penyatuan.
Bentuk religius dari cinta disebut cinta Tuhan.
Sesungguhnya , cinta Tuhan mempunyai banyak sifat dan aspek.
Terdapat sebuah persamaan penting antara cinta pada orang tua dan cinta kepada Tuhan.
Anak mengawali cinta dengan terikat pada ibunya sebagai sumber segala kehidupan.
Sama seperti manusia yang sangat membutuhkan kasih sayang Tuhan untuk dapat menjalani kehidupan.
Dikutip dari buku “The Art of Loving” karya Erich Fromm. (MG Indah Yulia Agustina)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.