Bantul Disebut Jadi Daerah Rawan Gempa karena Dilintasi Sesar Opak, Ini Kata BMKG

Ketika ada gempa bumi yang terjadi, bangunan yang berada di atas tanah wilayah Bantul mudah rusak akibat diguncang gempa.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, saat diwawancara awak media, Rabu (21/6/2023) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kontur tanah di Kabupaten Bantul berdasarkan kajian Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG berkarakteristik gembur, lunak dan berpasir.

Hal inilah yang menyebabkan warga di Kabupaten Bantul sering merasakan guncangan gempa meski berjarak cukup jauh dari pusat gempa.

Para penelliti menganalogikan Kabupaten Bantul berdiri di atas agar-agar atau jelly.

Sehingga ketika ada gempa, bangunan yang berada di atas tanah wilayah Bantul mudah rusak akibat diguncang gempa.

"Bantul itu kota yang berdiri di atas agar-agar, peneliti menyebut city on the jelly. Sehingga ketika ada guncangan itu akan koyak. Jadi seperti itu," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Yogyakarta, Rabu (21/6/2023).

Melihat hasil kajian yang ada, Daryono merekomendasikan masyarakat yang akan membangun hunian sebaiknya mengadopsi struktur bangunan yang tahan gempa.

Apabila belum mampu untuk mengaplikasikan metode struktur bangunan tahan gempa, masyarakat direkomendasikan menggunakan material kayu atau bambu untuk model bangunannya.

"Tentu saja solusinya satu bangunan yang struktur kuat atau tahan gempa, berdasarkan building code. Building code itu mengacu bisa dari zona megatrusnya yakni mengacu 8,7 magnitudo juga kepada 6,6 maksimun dari gempa itu," ungkapnya.

"Misalnya belum mampu memiliki bangun itu (tahan gempa) maka bangunlah rumah dengan kayu dan bambu yang di desain menarik. Jangan yang bangun rumah tembok asal bangun," sambung Daryono. 

Kelebihan bangunan dengan struktur bambu dan kayu menurutnya memiliki risiko yang lebih rendah ketika diguncang gempa.

"Karena sebenarnya orang meninggal akibat gempa itu kan luka kena reruntuhan bangunan. Kalau kayu atau bambu kan reot saja jika ada gempa," ungkapnya. 

Sebagai informasi, dua kabupaten di DIY menjadi jalur gempa yang bersumber dari Sesar Opak.

Sesar tersebut berdasarkan kajian memiliki panjang sekitar 35 kilometer dari Kretek hingga Prambanan.

Masyarakat diimbau tetap selalu waspada sebab Sesar Opak tersebut saat ini telah aktif dan memicu potensi gempa berkekuatan 6,6 magnitudo. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved