Lagu Mendung Tanpo Udan Ditafsirkan Menjadi Film yang Mengisahkan Idealis Realistis Seorang Musisi

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Lagu Mendung Tanpo Udan karya Kukuh Prasetya Kudamai  diadaptasi menjadi film layar lebar. Proses shooting telah selesai digarap selama 15 hari, di mana sepenuhnya dilakukan di Bantul dan Yogyakarta.

Film bernuansa drama-komedi ini diproduseri Nant Entertainment dan disutradarai Kris Budiman.

Di samping menghabiskan seluruh proses syutingnya di Yogyakarta, film Mendung Tanpo udan juga menggunakan Bahasa Jawa sebagai sebagai bahasa utama di dalam setiap percakapan film ini.

Baca juga: Jumlah Pendamping PKH 2023 di Kota Yogyakarta Menyusut Karena Terkendala Aturan Kemensos

Keputusan ini dipilih oleh Muhammad Hananto, produser Nant Entertainment tidak lain untuk memperkuat rasa dari film ini yang memang berangkat dari lagu Mendung Tanpo Udan yang berbahasa Jawa. 

Ia berharap film ini tidak hanya menjadi sebuah hiburan semata, namun sekaligus bisa memperkenalkan Yogyakarta lebih dalam ke masyarakat secara umum.

Adapun untuk jalan ceritanya sendiri diadaptasi dari novel Mendung Tanpo Udan karya Fairuzul Mumtaz yang kemudian diolah dan dikembangkan lebih jauh oleh Kris Budiman dan Gianluigi Christoikov selaku penulis skenario.

“Proses shooting Mendung Tanpo Udan sendiri melibatkan berbagai talenta di industri kreatif, mulai dari aktor dan aktris nasional, kreator konten, komedian, komika hingga talenta seniman asli Yogyakarta,” ucapnya saat menggelar konferensi pers di Bantul, Rabu (15/2/2023).

Pemeran utama film in yakni Erick Estrada sebagai Udan dan Yunita Siregar sebagai Mendung. 

Mendung Tanpo Udan juga banyak melibatkan talenta seniman asli Yogyakarta, mulai dari Bimacho, Migga Sadewa, Alit Jabang Bayi, Gepeng Kesana-Kesini hingga Kukuh Prasetya Kudamai sendiri selaku pencipta lagu.

Kukuh si pencipta lagu memberikan apresiasinya kepada  Nant Entertainment yang menggubah lagunya menjadi sebuah film. Di mana sebelumnya, lagu ciptaan telah dibukukan menjadi novel dengan judul yang sama oleh Fairuzul Mumtaz.  

“Awalnya dihubungi pihak Nant yang akan menggarap lagu menjadi film. Akhirnya kita ngobrol bersama pihak Nant dan sutradara yang mempresentasikan cerita itu kepada saya,” katanya.

Penulis Novel Fairuzul Mumtaz mengatakan, bahwa Kukuh sebagai pencipta lagu mempersilahkan semua pihak merepresentasikan karya tersebut, mulai dari teater, novel hingga akhirnya berkembang menjadi film. Begitu diubah menjadi film, dirinya pun tidak mencampuri proses kreatif film tersebut dan menyerahkan semuanya ke produser dan sutradara.

“Lagu itu ditafsirkan dengan dinamis dan kuat. Semakin banyak tafsir, maka karya itu makin kuat. Dan karya ini akan memiliki kesan sendiri-sendiri di hati masyarakat, baik di lagunya, novel begitu juga dengan filmnya. Ini kekayaan dari karya Kukuh yang bisa ditafsirkan sefleksibel itu,” katanya.

Sementara itu sutradara Kris Budiman mengungkapkan film Mendung Tanpo Udan sendiri secara garis besar bercerita tentang perjalanan Udan seorang pemuda yang meletakan tujuan hidupnya di persimpangan jalan, antara harus mengejar idealismenya sebagai seorang musisi atau menjalani hidup secara realistis dengan bekerja seperti orang pada umumnya.

Baca juga: Nizar Zulfikar Optimistis Bhayangkara Presisi Tampil Maksimal di Seri 3 Yogyakarta Proliga 2023

“Cerita ini banyak menyorot ke sosok Udan yang idealis dan realistis, seperti kehidupan pada umumnya, yang relate dihadapi orang-orang khususnya pelaku seni. Sementara sosok Mendung adalah sosok yang tertata hidupnya, yang karakternya berbeda dengan Udan,” ucapnya.