Puisi

Arti dan Makna Puisi-Puisi Bernard Batubara dalam Kumpulannya di ' Angsa-Angsa Ketapang '

aku tak bisa membayangkan diriku, adik perempuanku, dan adik lelakiku sebagai tiga ekor angsa yang hidup di rumah kami,

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
Gramedia
Bernard Batubara 

TRIBUNJOGJA.COM - Menjemput detik-detik valentine yang penuh kasih sayang nanti, terdapat satu sosok sastrawan Indonesia yang romantisme puisinya begitu banyak dibutuhkan oleh kaum muda.

Ialah sastrawan muda kelahiran Pontianak yang sudah melahirkan banyak sekali buku, Bernard Batubara.

Bara, sebagai sapaan akrabnya, mempunyai banyak coretan penuh kisah cinta hingga mimpi-mimpi yang dituangkan dalam karyanya baik dalam bentuk puisi, cerita pendek, maupun novel.

Salah satu 'anak'nya yang paling pertama adalah kumpulan puisi berjudul "Angsa-Angsa Ketapang" 2010.

Bara memberikan berbagai kisah kehidupan dalam makna cinta yang luas di dalam buku ini.

Baca juga: Arti dan Makna Puisi Putu Wijaya Berjudul Kunyanyikan Lagu Ini

Karya Bara cukup ringan untuk dinikmati karena bahasanya mudah dipahami tanpa meninggalkan ciri sastranya.

Dua puisi paling meromantisasi yang bisa kamu pilih dari banyaknya pilihan bagus lainnya berjudul "Angsa-Angsa Ketapang" dan "25 Januari":

ANGSA-ANGSA KETAPANG

aku tak bisa membayangkan diriku, adik perempuanku, dan adik lelakiku sebagai tiga ekor angsa yang hidup di rumah kami,

karena kami tak membagi dada kami untuk dijadikan sebaskom kecil nasi sisa dan kami lahap bersama,

kami tak berjalan subuh hari menembus pagar rumah yang rusak,

mencari sekawanan embun berkilau yang beterbangan

setiap sehelai daun ketapang jatuh dari rantingnya,

kami tak pernah melompat menceburkan diri ke kolam ikan dan berseru kegirangan,

mengibas-ngibaskan sayap di dalam air berwarna kuning, berharap sekawanan ikan kecil berenang mendekat,

kami bukan tiga ekor angsa yang tahu kapan harus pulang kembali ke kandang,

kandang kecil tempat seharusnya kami tidur bersama,

dan aku tak bisa membayangkan diriku sebagai angsa tertua yang melebarkan sayapnya,

memeluk dua ekor angsa lain, meski seluruh daun di pohon ketapang yang lahir di rumah kami berguguran dan tak akan pernah tumbuh lagi.

tapi angsa paling bungsu sudah telanjur tidur pulas sekali,

ia tersenyum, sayapku tak ada di sana.

Baca juga: Arti dan Makna Puisi Aan Mansyur Berjudul Tidak Ada New York Hari Ini dalam Film AADC 2

25 BARIS JANUARI

: seorang wanita

januari, masihkah kau kini menenun sapu lidi

dari bening benang embun yang kian layu dan pasi

sebab pagi kali ini datang terlalu dini

dan aku tak mendengar lagi suara sapu lidi

januari, kau tak pernah selesai dan aku belum juga memulai

perjalanan kaki mencari kaki, perjuangan hati meniti hati

fajar melepas selimut, bangun dengan muka masai

mengambil kabut, menjemput gelap, mengelap rantai

aku masih menunggu malaikat maut datang dengan damai

januari, kau gelisah menderaskan doa tak hendak berhenti

januari, waktu hanya drama tempat seluruh sandiwara beraksi

aku bukan aktor, kau bukan aktris, kita tak bakat berkomedi

januari, pagi kian dekat ke pergi

dan kering masih mengintai dasar perigi

apakah sudah habis rontok rambutmu yang lama lepai

aku belum siap menadah, aku masih enggan melambai

januari, pasti hidungmu terasa lengar habis menghirup air kali

sebab ke sana air bekas mandiku mengalir, menghanyutkan diri

tapi jangan kau dan sangit air itu hendak bercerai

dua anakmu (satu di surga) tak mau jadi pelerai

januari, ini serangkai doa bukan untuk menebus diri

manalah bisa ujung jalan dicari, hanya pucuk galah disigi

tapi sambut dan dekaplah, aku hendak menghempaskan diri

dan biar aku bertanya kepadamu sebaris saja dalam puisi ini

kalau aku pergi, apakah kau akan menyuruhku kembali?

(MG Aulia A Putri)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved