Puisi

Arti dan Makna Puisi Karya Amir Hamzah Berjudul Hanyut Aku

Bahkan, para peneliti dan kritikus sastra juga menyimpulkan tentang dua hal yang ada dalam bahasa puisi Amir Hamzah.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
Kompas.com
Arti dan Makna Puisi Karya Amir Hamzah Berjudul Hanyut Aku 

TRIBUNJOGJA.COM - Siapakah yang tak mengenal Amir Hamzah?

Salah seorang sastrawan yang lahir dari keluarga bangsawan Melayu di Langkat.

Banyak yang menarik perhatian dari puisi-puisi yang dituliskannya.

Bahkan, para peneliti dan kritikus sastra juga menyimpulkan tentang dua hal yang ada dalam bahasa puisi Amir Hamzah.

Baca juga: CONTOH Puisi Tema Tentang Pendidikan Cocok Jadi Referensi Tugas Sekolah

Di satu sisi, Amir seolah-olah terikat pada bahasa Melayu, namun di sisi lain dirinya juga sangat bebas ketika memasukkan beberapa kata yang berasal dari bahasa Jawa atau Sansekerta.

Bahasanya yang khas inilah yang menjadi pembeda seorang Amir Hamzah dari banyaknya sastrawan yang ada.

Baca juga: CONTOH Puisi Tema Tentang Cita-Cita dengan Sajak Mempesona

Berikut di bawah ini salah satu contoh puisinya yang berjudul "Hanya Aku" lengkap dengan analisis maknanya yang sudah dilansir dari beberapa sumber:

HANYUT AKU

Hanyut aku, Kekasihku!

Hanyut aku!

Ulurkan tanganMu, tolong aku

Sunyinya sekelilingku!

Tiada suara kasihan,

Tiada angin mendingin hati,

Tiada air menolak ngelak,

Dahagakan kasihMu,

Hauskan bisikMu,

Mati aku disebabkan diamMu.

Langit menyerkap,

Air berlepas tangan, aku tenggelam.

Tenggelam dalam malam

Air di atas menindih keras

Bumi di bawah menolak ke atas

Mati aku, Kekasihku, mati aku!

Analisis makna puisi "Hanyut Aku":

"Hanyut aku, Kekasihku!"

Baca juga: CONTOH Puisi Tema Tentang Seseorang yang Memikat Karena Jati Dirinya

Pada baris puisi ini adalah orang yang sedang putus asa sedangkan ‘kekasihku’ yang dimaksud adalah Tuhannya atau orang-orang yang disayangi.

"Ulurkan tanganMu, tolong aku
Sunyinya sekelilingku!"

Pada bait ini sebagai penjelas bahwa ia benar-benar membutuhkan pertolongan, akan tetapi tidak ada yang memperhatikannya.

"Tiada suara kasihan,
Tiada angin mendingin hati,
Tiada air menolak ngelak,
Dahagakan kasihMu,
Hauskan bisikMu,
Mati aku disebabkan diamMu."

Pada bait puisi ini mengartikan bahwa saat itu tidak ada orang yang membantunya padahal dia sangat mengharap kepada Tuhan atau orang yang disayangi.

Namun kenyataannya tidak ada yang peduli dengannya dan berakhir dirinya yang putus asa.

"Langit menyerkap,
Air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam
Air di atas menindih keras
Bumi di bawah menolak ke atas
Mati aku, Kekasihku, mati aku!"

Pada bait ini semakin menegaskan bahwa ia benar-benar berputus asa dan tidak tahu lagi apa yang harus di lakukan selain mati.

(MG Aulia A Putri)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved