Puisi
Arti dan Makna Puisi Cinta Wiji Thukul ' JANGAN LUPA, KEKASIHKU ' yang Digunakan untuk Melamar Sipon
jangan lupa kekasihku jika terang bulan kita jalan-jalan yang tidur di depan rumah di pinggir selokan itu tetangga kita kekasihku
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Dalam rangka mengenang kepergian Sipon istri sastrawan yang juga merangkap sebagai aktivis Wiji Thukul pada Kamis, 5 Januari 2023, Adik Wiji Thukul, Wahyu Susilo mengunggah puisi yang ditulis Wiji Thukul untuk Sipon di Facebook.
Siti Dyah Sujirah atau yang biasa disebut Sipon dikabarkan meninggal dunia karena diduga terkena serangan jantung.
Adik Wiji Thukul kemudian mengunggah puisi yang berjudul "Jangan Lupa, Kekasihku".
Di dalam caption ditulis, puisi ini digunakan Wiji Thukul ketika melamar Sipon, istrinya.
Baca juga: CONTOH Puisi Tema Tentang Cinta Lingkungan dan Peduli Alam
Puisi cinta ini ia bawakan juga ketika prosesi pernikahan mereka berdua.
Berikut puisinya:
JANGAN LUPA, KEKASIHKU
jangan lupa kekasihku
jika terang bulan
kita jalan-jalan
yang tidur di depan rumah
di pinggir selokan
itu tetangga kita kekasihku
jangan lupa kekasihku
jika pukul lima
buruh-buruh perempuan
yang matanya letih
jalan sama-sama denganmu
berbondong-bondong
itu kawanmu kekasihku
jangan lupa kekasihku
jika kau ditanya siapa mertuamu
jawablah: yang menarik becak itu
itu bapakmu kekasihku
jangan lupa kekasihku
pada siapapun yang bertanya
sebutkan namamu
jangan malu
itu namamu kekasihku
Solo-Sorogenen, 14 Maret 1988

Baca juga: 5 Puisi Chairil Anwar dengan Metafora Bahasa Alam yang Akan Terus Hidup Hingga Seribu Tahun
Puisi cinta tersebut bahkan Wiji Thukul bawakan di pesta pernikahan mereka.
Wiji Thukul sangat terkenal dengan kepeduliannya terhadap kehidupan kaum bawah, seperti yang ada di puisi-puisinya yang lain.
Maka dari itu, isi dari puisi cinta ini juga tidak luput dari identitas seorang Wiji Thukul yang semua orang kenal.
Dalam bait pertama, Wiji menceritakan kehidupan orang-orang kalangan bawah yang bisa tidur di mana saja, seperti di pinggir selokan dan teras rumah.
Pada bait kedua, diperlihatkan kerasnya kehidupan kalangan bawah yang mengharuskan seorang perempuan bekerja menjadi buruh pabrik hingga dini hari.
Lalu orang-orang yang sudah berumur masih harus mencari uang dengan menjadi tukang becak.
Semangat seorang Wiji Thukul dalam membela keadilan untuk kalangan bawah juga tak akan pernah dilupakan.
Begitu juga Sipon istrinya, dengan seluruh kekuatan dan ketegarannya hingga akhir hayatnya mencari keberadaan suami tak kan pernah padam.
( MG Aulia A Putri )
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.