KISAH Jatuh Bangun Wahyu Wicaksono Meraih Lisensi Wasit FIFA dan Wasit Elite Asia

Tidak banyak wasit futsal di Indonesia yang memiliki lisensi FIFA. Terhitung hanya ada tiga, Budi Laksono, Wahyu Wicaksono, dan Windy Agustina Putra.

Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Wahyu Wicaksono saat memimpin pertandingan. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tidak banyak wasit futsal di Indonesia yang memiliki lisensi FIFA. Terhitung hanya ada tiga, Budi Laksono, Wahyu Wicaksono, dan Windy Agustina Putra.

Dari ketiganya, ada satu nama asal Purworejo yang meniti kariernya sejak awal di DI Yogyakarta, ia adalah Wahyu Wicaksono.

Pria kelahiran Purworejo, 23 Desember 1989 lalu itu memang punya cita-cita bekerja di bidang olahraga yang dicintainya sejak kecil.

Namun ada cerita di balik kesuksesannya masuk jajaran Wasit Elite Asia dan meraih lisensi FIFA.

Kariernya sebagai wasit dimulai sejak tahun 2008 silam.

Saat itu Wahyu masih mengenyam pendidikan di Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP). Namun lisensi baru didapatnya empat tahun kemudian, atau 2012.

Baca juga: Hakim Edy Wibowo Ditangkap, Ketua Komisi Yudisial: Padahal Saat Seleksi Bersih 100 Persen

"Saya masih ingat, waktu itu bulan Februari 2012 saya diberi tahu kalau ada kursus untuk dapat lisensi wasit futsal di koran Kedaulatan Rakyat. Tempatnya di Yogyakarta," kata Wahyu saat berbincang dengan Tribun Jogja belum lama ini.

Sejatinya, Wahyu ingin menjadi pesepakbola. Sejak kecil ia sangat senang bermain sepak bola dengan rekan-rekannya di kampung halaman.

Ketika masuk SMA, Wahyu dihadapi dengan kenyataan dirinya kerap gagal tembus skuat sekolah untuk sebuah kejuaraan.

Setelah lulus SMA, cita-cita menjadi pesepakbola tidak padam.

Ia mencoba tes masuk perguruan tinggi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tepatnya di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK).

Lagi-lagi nasib berkata lain, namanya tidak masuk dalam jajaran calon mahasiswa UNY saat itu. Dengan berat hati, Wahyu akhirnya melanjutkan kuliah di UMP dengan masuk jurusan Bahasa Inggris.

"Saya berpikir kalau masuk jurusan Bahasa Inggris, peluang untuk ke luar negeri besar. Cita-cita saya berubah dari pemain menjadi pelatih atau wasit, tapi tekad saya tidak mau setengah-setengah, harus go internasional," tegas Wahyu.

Selain itu menjadi wasit internasional memang memerlukan keterampilan bahasa Inggris yang mumpuni. Dan itu dimiliki Wahyu berkat berkuliah di jurusan Bahasa Inggris.

Lantas mengapa Wahyu saat ini menjadi pelatih? Ia menjawab jika peluang menjadi wasit lebih tinggi ketimbang menjadi pelatih.

Pilihannya bisa dibilang sangat realistis.

Di Indonesia jarang sekali ada pelatih sepak bola profesional dan go internasional, yang sebelumnya bukan pesepakbola profesional.

Selain itu bisa dikatakan proses mendapat lisensi kepelatihan lebih panjang dan rumit ketimbang menjadi wasit.

Perlahan Wahyu mewujudkan cita-citanya sebagai wasit dengan mulai memimpin pertandingan antar SD pada tahun 2012, saat itu lisensi wasitnya masih level 3. Berselang waktu, Wahyu terus meningkatkan lisensinya hingga ke level 1.

"Waktu DIY jadi tuan rumah Liga Futsal Profesional Indonesia. Saya menjadi salah satu yang bertugas di sana, mulanya saya diberi tugas jadi wasit tiga sebagai time keeper," kata Wahyu.

Masuk tahun 2013, Wahyu mulai dipercaya memimpin pertandingan di liga profesional. Berkat performanya di sana, ia mulai kerap mendapat panggilan sebagai wasit utama.

Tiga tahun berselang, Wahyu diajukan Asprov PSSI DIY dan pusat untuk mendapat lisensi FIFA.

"Alhamdulillah tahun 2018 saya dapat lisensi FIFA setelah mengikuti serangkaian kursus, dan sampai sekarang setiap tahunnya selalu ada penyegaran," katanya.

Menariknya, lisensi wasit yang diraih Wahyu saat ini didapat saat dirinya tengah menjadi bagian dari guru bahasa Inggris di SMK TKM Teknik Purworejo. Namun per 2022 ini, Wahyu tak lagi berstatus sebagai guru dan lebih fokus ke profesinya sebagai wasit.

"Karena saya merasa banyak izin ke sekolah, jadi saya putuskan untuk menekuni profesi sebagai wasit saja," katanya.

Jatuh Bangun

Wahyu Wicaksono tak hanya diajukan sebagai wasit berlisensi FIFA. Pria dengan postur 182 sentimeter itu disarankan menjadi bagian Wasit Elite Asia mulai tahun 2017 silam.

"Untuk menjadi bagian Wasit Elite Asia ini saya gagal sampai dua kali. Tahun 2017 saya gagal karena fisik belum mumpuni. Tahun 2018 saya diberi kesempatan tapi gagal lagi saat assesment memimpin pertandingan. Alhamdulillah tahun 2019 di kesempatan terakhir, saya lolos," bebernya.

Dalam tes meraih lisensi itu, Wahyu perlu melewati sejumlah tes. Mulai dari memimpin pertandingan di Indonesia yang dinilai AFC, ikut seminar di Kuala Lumpur, tes fisik, bertugas di kualifikasi Piala Asia dan AFF Futsal Championship.

"Tahun 2020 saya resmi jadi Wasit Elite Asia. Rata-rata saya bisa memimpin tiga kali laga internasional setiap tahunnya," kata dia.

Wahyu memang tercatat sebagai wasit futsal yang banyak memimpin laga dan kompetisi internasional. Akan tetapi dari sekian banyak pertandingan yang  dipimpinnya, ada kejadian tidak akan pernah terlupakan.

Tahun 2013 silam, saat Wahyu memimpin pertandingan Liga Nusantara di Yogyakarta. Wahyu dan rekannya menjadi sasaran amuk suporter dalam laga yang mempertemukan antara wakil tim Kalimantan dan NTT.

Baca juga: Apakah Hiposmia Jadi Satu di antara Gejala Covid-19? Begini Penjelasan Pakar UGM

“Saya dan teman saya dianggap kurang baik, tim NTT protes menggunakan kekerasan sampai teman saya masuk rumah sakit PKU,” tukasnya.

Meski demikian, insiden itu justru menjadi salah satu momen indah dalam kariernya. Kejadian yang membuatnya terus menekuni dunia wasit

"Hal itu membuat saya benar-benar tahu menjadi wasit sangat penting akan jalannya laga. Juga harus bisa bertanggung jawab kepada semua elemen dalam pertandingan,” ungkapnya.

Nama: Wahyu Wicaksono

TTL: Purworejo, 23 Desember 1989

Tinggi: 180

Berat: 82

Memimpin pertandingan:

- AFF 2018

- AFF Championship 2018

- AFF Club championship thailand 2019

- liga pro 2016

- liga pro 2020

- final Pomnas 2022. (Tsf)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved