Kepala Badan Pangan Nasional: Masyarakat Bisa Berperan Aktif untuk Dorong Produktifitas Pertanian
"Definisi krisis pangan menurut FAO adalah apabila kita tidak bisa menjangkau suatu makanan sampai dengan periode tertentu. Contohnya yakni Somalia
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi krisis pangan.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo, menjelaskan secara singkat mengenai definisi krisis pangan menurut Food and Agriculture Organization (FAO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian.
"Definisi krisis pangan menurut FAO adalah apabila kita tidak bisa menjangkau suatu makanan sampai dengan periode tertentu. Contohnya yakni Somalia, Republik Kongo dan negara-negara di Afrika Selatan," ucap Arief kepada awak media usai menghadiri wisuda Universitas Atma Jaya Yogyakarta Periode I Tahun Ajaran 2022-2023 di Student Center UAJY pada Sabu (26/11/2022).
Baca juga: Mengapa Gempa Cianjur Begitu Merusak? Ini Jawabannya dari Pakar Geologi UGM
Ia berharap, krisis pangan tidak terjadi di Indonesia.
"Kalau Indonesia mudah-mudahan tidak terjadi krisis (pangan). Tetapi, kita semua tidak boleh jumawa. Kita semua harus waspada. Sehingga, ada hal-hal yang harus kita persiapkan. Karena beberapa seperti pupuk, prostat itu kita tergantung dari luar negeri," katanya.
Oleh sebab itu, produktifitas pertanian akan menurun apabila Indonesia mengalami kekurangan pupuk.
Melalui hal tersebut, pada 2022 menjadi kesempatan untuk bangsa Indonesia melakukan peningkatan produktifitas penanaman.
Sebab, pada 2023, Indonesia menjadi ketua ASEAN dan akan menjadi ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.
Atas dasar itu, peran masyarakat pun cukup dibutuhkan.
Baca juga: PSS Sleman Kalahkan Persiba Bantul Saat Laga Uji Tanding
"Masyarakat bisa berperan aktif. Ada teknologi pangan, ada urban farming, (menanam) menggunakan polybag bisa, tanam cabai diperkarangan bisa," tuturnya.
Sebagai informasi, urban farming merupakan usaha pertanian di perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan terbuka yang ada di sekitar masyarakat.
"Itu adalah ketahanan pangan. Jadi tidak mesti (membutuhkan lahan tanam) besar-besar," pungkasnya. (Nei)