KTT G20 Bali
Apa Isi Pembicaraan 3 Jam 20 Menit Antara Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping
Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping bertemu selama 3 jam 20 menit di The Arvala Kempinski Bali, Senin (14/11/2022) sore.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
TRIBUNJOGJA.COM, WASHINGTON – Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden bertemu selama 3 jam 20 menit di sela-sela KTT G20 Bali yang berlokasi di Hotel The Arvala Kempinski.
Pertemuan digelar Senin (14/11/2022) sore, menjelang pembukaan puncak KTT G20. Apa isi pertemuan dan pembicaraan di dalamnya?
Pada intinya, kedua pemimpin sepakat mempertahankan komunikasi, bekerja sama lebih baik untuk memenuhi harapan dunia, dan sepakat perang nuklir tidak boleh dilakukan.
Pertemuan di Bali yang pertama bagi kedua pemimpin sejak Joe Biden menjadi Presiden AS pada 2021.
Baca juga: Terpilih Kembali Pimpin PKC, Xi Jinping Bertekad Bawa China Makin Kuat
Baca juga: Setelah Tolak Joe Biden, Arab Saudi Bersiap Sambut Xi Jinping di Riyadh
Menurut penjelasan Gedung Putih, Joe Biden mengingatkan Xi mereka telah bertemu berkali-kali ketika dia menjadi wakil presiden.
Sementara pemimpin China mencatat pertemuan langsung terakhir mereka adalah di Forum Ekonomi Dunia di Davos, pada 2017.
Selama percakapan mereka berikutnya, Biden mengatakan kepada Xi Jinping AS bermaksud untuk terus bersaing dengan penuh semangat dengan China.
Tapi tidak bermaksud membawanya sebagai konflik. Kedua negara harus bekerja sama untuk mengatasi masalah transnasional karena itulah yang diharapkan masyarakat internasional.
Presiden AS juga mengangkat keprihatinan tentang hak asasi manusia di China, dan mengatakan kepada Xi kebijakan AS tentang Taiwan tidak berubah.
Namun, dia keberatan dengan tindakan koersif dan semakin agresifnya Beijing, dan mengangkat praktik ekonomi non-pasar China.
Biden juga membahas masalah orang Amerika yang ditahan secara salah oleh China. Dia mengutuk Korea Utara dan mengulangi komitmen kuat untuk membela sekutunya di Indo-Pasifik.
Para pemimpin AS dan China menegaskan kembali kesepakatan mereka bahwa perang nuklir tidak boleh diperjuangkan dan tidak akan pernah bisa dimenangkan.
“Keduanya menggarisbawahi penentangan mereka terhadap penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir di Ukraina,” kata Gedung Putih lewat penjelasan persnya.
Dalam sambutan singkat sebelum diskusi bilateral, Biden mengatakan kedua negara perlu menunjukkan kepada dunia mereka dapat mengelola perbedaan mereka.
“Sejarah adalah buku pelajaran terbaik. Kita harus menganggapnya sebagai cermin dan membiarkannya memandu masa depan,” kata Xi Jinping.
“Seorang negarawan harus memikirkan dan tahu ke mana harus memimpin negaranya. Dia juga harus memikirkan dan tahu bagaimana bergaul dengan negara lain dan dunia yang lebih luas,” tambah Xi Jinping.
Menurut pakar politik yang dikutip Sputniknews, pertemuan Joe Biden dan Xi Jinping tidak banyak membawa dampak.
Thomas W Pauken II, penulis "AS vs China: From Trade War to Reciprocal Deal," seorang konsultan urusan Asia-Pasifik, menyesalkan mengapa kedua pemimpin tidak bertemu sedari awal.
Washington dan Beijing tidak punya alasan untuk tidak memulai pembicaraan tanpa menunggu KTT G20. Kurangnya komunikasi menurutnya menyebabkan masalah serius.
“Pada dasarnya, apa yang sebenarnya terjadi di sana, kedua belah pihak berbicara tentang pendapat atau perspektif mereka dari pihak mereka. Jadi, China mencoba membela pihaknya dan AS mencoba membela pihak mereka, ”jelasnya.
“Setidaknya itu dilakukan dengan cara yang sopan. Itu tidak berubah menjadi pertunjukan kembang api, jadi itu hal yang baik,” kata Pauken. "Tetapi pada saat yang sama, saya tidak melihat bahwa tidak akan banyak yang dicapai," lanjutnya.
“Karena bahkan jika ada pembicaraan, beberapa dialog sedang berlangsung sekarang, kenapa tidak ada pembicaraan dan dialog semacam ini yang terjadi tahun lalu atau beberapa bulan yang lalu?” tanya Pauken.
Menurutnya Biden bisa saja mengunjungi China atau Xi bisa mengunjungi AS. “Mengapa jenis perjalanan seperti ini tidak terjadi? Saya merasa agak aneh. Pada dasarnya, mereka hanya menggunakan G20 untuk memulai semuanya,” katanya.
Mengenai pertanyaan “garis merah”, yang menurut Biden akan dibahasnya dan Xi, Pauken memperkirakan untuk AS mungkin tentang Taiwan, dan untuk China mungkin berkaitan beberapa masalah.
Di antaranya masalah perdagangan yang coba didorong oleh AS untuk memblokir semikonduktor dan chip.(Tribunjogja.com/Sputniknews/RussiaToday/xna)