Setelah Tolak Joe Biden, Arab Saudi Bersiap Sambut Xi Jinping di Riyadh
Presiden China Xi Jinping akan berkunjung ke Riyadh, Arab Saudi sebelum akhir tahun. China dan Arab Saudi mengembangkan hubungan makin mesra.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Ini akan menjadi perjalanan pertama Xi Jinping ke luar negeri sejak pandemi Covid-19 dimulai pada awal 2020.
Dia juga diharapkan menghadiri Ekonomi Asia-Pasifik KTT kerjasama di Bangkok, Thailand, segera setelah itu, dan untuk bertemu langsung Joe Biden di salah satu dari dua acara.
Jonathan Fulton, asisten profesor ilmu politik di Universitas Zayed yang berbasis di Abu Dhabi menilai Saudi tidak mencoba untuk mempermainkan Washington.
Tapi Beijing bereaksi terhadap kebijakan luar negeri biner Washington di mana suatu negara berada di pihak Amerika atau di pihak Cina-Rusia.
“Saudi tidak berusaha mempermainkan satu sama lain tetapi benar-benar berusaha memperdalam apa yang mereka dapatkan dari kedua belah pihak,” katanya.
“AS memiliki biner ini sekarang, di mana persaingan strategisnya: bekerja dengan kami atau bekerja dengan China. Tetapi sebagian besar aktor di Teluk tampaknya tidak melihatnya seperti itu,” lanjutnya.
Meskipun telah menjadi sekutu setia sejak akhir Perang Dunia II, hubungan Washington dengan Riyadh mulai berkurang sejak Presiden AS Joe Biden menjabat pada Januari 2021.
Sebagai seorang kritikus keras Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, Joe Biden bergerak untuk membatasi penjualan senjata ofensif ke kerajaan.
Washington menerbitkan dokumen CIA yang menuduhnya berada di balik pembunuhan 2018 terhadap Jamal Khashoggi.
Khasoggi ini seorang jurnalis Turki-Saudi yang dikabarkan terkait aktivitas Ikhwanul Muslimin. Riyadh membantah tuduhan itu.
Hubungan semakin memburuk ketika Biden mengumumkan boikot produk energi Rusia pada Maret 2022.
Saudi menolak permintaan AS untuk meningkatkan produksi minyak dan menurunkan harga minyak.
Baru-baru ini, kartel minyak OPEC bahkan mengumumkan akan memangkas produksi alih-alih memperluasnya.
Gedung Putih menggambarkan keputusan itu sebagai berpandangan sempit dan sesat, dan bahwa itu mungkin akan menarik pasukan AS dari Saudi.
Sehari setelah Biden mengumumkan boikot dan mendesak Riyadh untuk memperluas produksi, Saudi Aramco mengumumkan proyek baru kerjasama dengan China.
Perusahaan Grup Industri Kimia Huajin Utara China dan Grup Industri Panjin Xincheng akan membangun kompleks petrokimia baru yang besar di timur laut China.(Tribunjogja.com/Sputniknews/xna)