Kesaksian Mbah Surip, Temukan Harta Karun Emas Kuno di Wonoboyo Klaten 32 tahun Silam
Harta karun emas yang ditemukan berupa perhiasan emas dan perak, kepingan uang emas hingga guci dan artefak lainnya.
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Desa Wonoboyo di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pernah menggemparkan Indonesia pada Oktober 1990 silam.
Kala itu, enam orang yang sedang menggali tanah uruk bernama Witomoharjo, Dadi, Dodo, Marno, Hadi Sihono dan Surip Siswomiharjo menemukan harta karun emas yang diduga kuat merupakan peninggalan zaman kerajaan Mataram kuno.
Adapun harta karun emas yang ditemukan berupa perhiasan emas dan perak, kepingan uang emas hingga guci dan artefak lainnya.
Satu dari enam warga penemu harta karun emas itu adalah Surip Siswomiharjo.
Saat ditemui Tribunjogja,com, ia berkisah saat menemukan harta karun emas itu kala siang hari.
Kala itu, cangkul yang digunakan untuk menggali tanah menghantam benda keras.
Kemudian muncul kilauan cahaya. Setelah dilakukan penggalian secara hati-hati ternyata ditemukan sebuah guci keramik China berukuran cukup besar di kedalaman 3 meter.
Keenam penggali tanah uruk di sawah milik Nyonya Cipto itu lalu mengangkat guci itu ke permukaan.
"Ternyata di dalam guci itu ada perhiasan emas, perak, uang logam dan lainnya," ucapnya saat berbincang dengan TribunJogja.com, di rumahnya di Dukuh Wonoboyo, Desa Wonoboyo, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Selasa (1/11/2022).
Kabar temuan harta karun emas itu kata dia langsung viral dan beredar seperti angin berhembus.
Puluhan bahkan ratusan masyarakat berbondong-bondong datang ke lokasi penemuan.
Tak hanya warga Desa Wonoboyo dan Kabupaten Klaten saja, warga dari luar Klaten juga mendatangi desa itu.
"Suasananya seperti orang tamasya, ramai dan berdesakan datang ke sini," kenangnya.
Menurut Mbah Surip, temuan harta karun itu lantas dilaporkan ke pihak desa dan selanjutnya diteruskan ke purbakala dan akhirnya diambil oleh Museum Nasional Indonesia.
Diakui ayah dua anak itu, meski semua hasil temuan sudah diserahkan ke Museum Nasional, namun para arkeolog hingga orang tak dikenal tetap berdatang ke desa itu.