Apotek di Sleman Tarik Obat yang DIlaporkan Tercemar Etilen Glikol
Sejak BPOM mengeluarkan daftar obat yang tercemar EG, apotek langsung menarik seluruh obat dari merk tersebut.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Apotek-apotek di Sleman menarik lima merek obat yang dilaporkan mengandung etilen glikol (EG) yang melebihi ambang batas aman.
Apoteker Apotek Pengasih Sidoluhur, Godean, apt Nurike Rahmawati, S. Farm mengatakan sejak BPOM mengeluarkan daftar obat yang tercemar EG, pihaknya langsung menarik seluruh obat dari merk tersebut.
Alasannya, ia khawatir ada batch obat lain yang bakal ditarik.
"Sejak ada pengumuman dari BPOM kami langsung menarik. Tidak hanya yang paracetamol, tetapi semuanya. Khawatirnya nanti ditarik juga. Saat ini kami simpan, dan tidak dijual," katanya, Senin (24/10/2022).
Ia menyebut produsen obat tersebut belum memberikan keterangan penarikan. Itulah sebabnya pihaknya berinisiatif menghentikan penjualan.
Tidak hanya dari merk tertentu, pihaknya juga belum berani menjual obat jenis sirup, baik untuk anak ataupun dewasa.
Ada kekhawatiran obat sirup lainnya juga tercemar EG.
"Sebenarnya sudah ada daftar obat yang aman dari BPOM, tapi kami mewaspadai saja. Kalau-kalau nanti ada yang ditarik lagi," ujarnya.
"Dari Kemenkes juga kan kemarin ada info agar tidak menjual obat sirup, jadi kami juga nggak berani, vitamin, atau yang lain kami enggak berani. Kami sarankan puyer, tablet, atau hisap,"ungkapnya.
Dengan kebijakan tersebut, penjualan sirup di Apotek Pengasih turun hampir 100 persen.
Hal serupa juga dilakukan di Apotek Pratama, Sleman. Staf Apotek Pratama, Rina menerangkan pihaknya tidak lagi menjual obat sirup yang tercemar EG. Pihaknya hanya menjual obat sirup yang dinilai aman oleh BPOM.
"Kami sudah dapat list obat yang aman dari BPOM, jadi kami hanya menjual obat yang aman saja. Kalau yang ada cemaran kami tidak berani menjual," terangnya.
Pihaknya pun turut memberikan sosialiasi kepada masyarakat dan menyarankan untuk beralih ke obat hidap, tablet, atau puyer. (*)