Berita Bantul Hari Ini
Pelajar SMPN 1 Imogiri Bantul Belajar Memilah dan Mengolah Sampah di KSM Pilah Berkah
Selama tiga hari (24-26 Agustus 2022), secara bergantian para siswa dari SMPN 1 Imogiri belajar memilah dan mengolah sampah di Kelompok Swadaya Mandir
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Selama tiga hari (24-26 Agustus 2022), secara bergantian para siswa dari SMPN 1 Imogiri belajar memilah dan mengolah sampah di Kelompok Swadaya Mandiri (KSM) Pilah Berkah, Imogiri.
Diharapkan, melalui kegiatan ini para siswa mampu memilah sampah sendiri sejak dari rumah dan mengolah sampah untuk mengembangkan kreativitasnya.
Ketua KSM Pilah Berkah, Yekti Murwani sangat mengapresiasi apa yang dilakukan pihak SMPN 1 Imogiri dengan studi lapangan di tempat mereka.
Baca juga: Dinkop UKM DIY Bersama Kwarda DIY Fasilitasi UMKM di Festival Pramuka X Gebyar Hari UKM
Menurutnya, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi anak-anak di mana mereka sudah ditanamkan untuk peduli lingkungan dengan pengelolaan sampah sedari dini.
"Semoga nanti ke depan menjadi anak-anak yang hebat, cinta dan peduli lingkungan," ujarnya, Jumat (26/8/2022).
Adapun KSM Pilah Berkah berada di Tegal paduresan, Imogiri yang bergerak di bidang sedekah sampah sejak tahun 2017. Sampah dari 2 RT mereka kumpulkan dan setiap satu minggu dilakukan pemilahan oleh warga setempat.
"Kami kerja bakti bareng-bareng untuk memilah sampah. Sampah anorganik seperti kertas, logam, kaca, plastik, kita kumpulkan. Dan sampah organik dari kulit buah, buah afkiran kita olah jadi eco enzyme. Kami, juga mengolah minyak jelantah untuk kerajinan lilin. Termasuk mengolah sampah spesifik yakni popok bekas menjadi pot dan sebagai bahan dasar bantal pengganti kapas," urainya.
Dalam sebulan pihaknya bisa mengelola 150-250 kilogram sampah, dan hasil dari penjualan digunakan untuk kegiatan kampung.
Misalnya rangkaian kegiatan 17-an kemarin, bakti sosial termasuk donasi sembako untuk warga yang isolasi mandiri (isoman) karena terpapar Covid-19.
Dalam kesempatan itu, Arif Solihin dari PT Timdis Indonesia Dinamis, sebagai konsultan di bidang lingkungan turut hadir dalam memberikan materi ke para siswa.
Dirinya memberikan pemahaman bahwa sampah organik dan anorganik mampu diolah sehingga tidak berdampak pada lingkungan.
"Pemahaman ini ingin saya terapkan ke pola pikir anak-anak bahwa sampah itu sebenarnya tidak ada karena semua produk sampah bisa diolah. Dan harapannya anak-anak ini ke depan mampu menyalurkan pemahaman tersebut kepada orang tuanya masing-masing," ujarnya.
Adapun materi yang diberikan berupa bagaimana mengolah sampah anorganik seperti kertas, plastik, kaca termasuk logam menjadi produk lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Sementara sampah organik bisa diolah menjadi kompos, media tanam, pakan dan produk eco enzyme/
"Termasuk residu bisa diolah menjadi produk baru seperti produk gas cair, asap cair maupun briket," ungkapnya.
Sementara itu, Septiani Nugraha, guru pendamping dari SMPN 1 Imogiri menjelaskan, para siswa yang terlibat dalam kegiatan ini berasal dari kelas 7 dengan total 217 siswa.
Secara bergantian selama tiga hari para siswa belajar di KSM Pilah Berkah.
Ia berharap melalui kegiatan ini para siswa dapat lebih peduli dan sadar akan kebersihan sekaligus mengajarkan para siswa bagaimana cara memilah sampah.
Baca juga: PSS Sleman vs Persebaya Surabaya : Super Elja Optimis Taklukkan Bajul Ijo Meski Diterpa Badai Cedera
"Karena selama ini anak-anak kalau buang sampah disatukan di satu tempat entah itu organik anorganik. Di sini kami ingin mengajarkan bagaimana anak-anak dapat memilah sampah dengan tujuan besok mereka bisa berkreativitas atau memanfaatkan sampah, dan mungkin ke depan bisa menjadi ladang rejeki bagi mereka," terangnya.
Di sekolah sendiri, ia menyatakan sudah menyediakan tiga jenis tong sampah, yakni itu untuk sampah organik, anorganik dan sampah kertas.
Dalam kesempatan itu ia juga menjelaskan bahwa kegiatan ini berkaitan dengan kurikulum baru yakni projek penguatan Profil Pelajar Pancasila.
"Dan kami mengambil tema pola hidup berkelanjutan. Kami memilihnya dengan sampah, karena sampah selalu ada dan bisa dikembangkan," pungkasnya. (nto)