HUT Kemerdekaan RI

Makna Ingkung dalam Acara Tirakatan HUT Kemerdekaan RI

Apa sebenarnya arti dan makna ingkung? Ingkung kerap ditemukan dalam slamatan dan syukuran, termasuk di malam tirakatan jelang HUT Kemerdekaan RI.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Yoseph Hary W
kompas.com
ilustrasi : Ingkung ayam 

TRIBUNJOGJA.COM - Menjelang HUT Kemerdekaan RI, masyarakat di Indonesia biasanya menggelar malam tirakatan yang disertai dengan pemotongan tumpeng lengkap dengan ingkung ayam bersama menu nasi tumpeng tersebut.

Apa sebenarnya arti dan makna ingkung? 

Ingkung ayam memang sering ditemukan di antaran sajian dalam acara kenduri, slamatan ataupun syukuran. Tak terkecuali ketika malam tirakatan jelang HUT Kemerdekaan RI. 

ingkungg ayam
ilustrasi : Ingkung ayam

Ingkung merupakan ayam utuh yang dihidangkan bersama sebagian jeroannya. Bukan sekedar ayam yang dimasak, ternyata ada filosofi yang melekat pada ayam ingkung.

Dikutip dari Kompas.com, Chef Wira Hardiansya mengatakan ayam ingkung tercatat dalam buku "Atlas Walisongo" karya Agus Sunyoto.

"Jauh sebelum agama-agama pendatang atau agama asli Nusantara yaitu agama kapitayan telah menyinggung ayam tu-kung sebagai salah satu sesaji yang berkembang menjadi ayam ingkung," jelas Wira.

Ayam tu-kung atau ingkung selalu disandingkan dengan tumpeng sebagai sesaji.

Arti dan makna ingkung

Ayam Ingkung memiliki arti mengayomi, diambil dari kata jinakung dalam Bahasa Jawa kuno dan manekung yang artinya memanjatkan doa.

Ayam juga dipilih sebagai bahan pokok dalam hidangan ini karena memiliki arti dan makna tersendiri.

"Zaman dulu ayam di pilih sebagai sesaji sebagai simbol manusia. Makanya telur ayam di simbol kan sebagai kelahiran," jelas Wira.

Ayam ingkung disajikan dengan utuh dan terlihat sedang bersungkur, posisi ini juga mewakili makna tertentu.

Wira menyebutkan hal ini menggambarkan jika dihadap-Nya, manusia harus menunduk atau merendah dan berdoa kepada-Nya.

"Nya" di sini memiliki arti yang luas, makna "nya" tidak tersudut pada satu kepercayaan, bisa jadi leluhur, dewa, ataupun Tuhan.

Seiring perkembangan zaman, ayam ingkung kini juga sudah dijual di restoran dan tak disajikan hanya untuk acara syukuran.

"Ya makanan itu sakral dan prestige hanya karena waktu, meskipun di jajakan untuk umum tapi pada waktu-waktu tertentu menjadi sakral," jawab Wira.

Ia juga memberi contoh makanan ketupat. Ketupat pada hari biasa tidak ada nilai yang melekat, tetapi pada saat puasa barulah ada nilai dan maknanya.

Hal ini juga terjadi dengan ayam ingkung.

(MG/Halimatus Sakdiah)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved