LDII DIY Lirik Pengembangan produk Modifikasi Tepung Singkong untuk Dukung Ketahanan Pangan

DPP LDII menempatkan ketahanan pangan sebagai salah satu program strategis yang biasa disebut delapan bidang pengabdian LDII untuk bangsa

ist
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Imbas perang Rusia dan Ukraina mendorong naiknya harga pangan dunia terutama gandum.

Indonesia yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi mi instan bahkan roti, harus bersiap menerima kenaikan harga makanan yang merakyat itu.

"Masalah pangan ini harus jadi perhatian kita semua, lahan persawahan untuk padi terus menyusut. Sementara gandum menjadi komoditas yang langka juga mahal akibat perang," kata Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso.

Menurutnya, ketergantungan Indonesia terhadap impor komoditas pangan harus segera dicari solusinya.

"Meskipun padi dan jagung ditanam secara lokal, namun belum mencapai swasembada. Apalagi gandum yang belum ditanam di Indonesia," imbuhnya.

DPP LDII menempatkan ketahanan pangan sebagai salah satu program strategis yang biasa disebut delapan bidang pengabdian LDII untuk bangsa.

Pihaknya telah mendorong warga LDII untuk berinovasi dalam bidang pertanian, baik dengan digitalisasi pertanian maupun diversifikasi pangan.

Diketahui, banyak pilihan bahan pangan yang bisa dikembangkan di Indonesia sehingga ketergantungan terhadap beras bisa dikurangi.

Terdapat komoditas sumber karbohidrat selain nasi, yakni jagung, sagu, sorgum, singkong, kentang, dan talas.

Hal ini ditegaskan pula oleh Ketua DPW LDII DIY Atus Syahbudin.

"Selain padi, jagung, dan sorgum, sebenarnya LDII DIY lebih melirik pengembangan produk modifikasi tepung singkong," tandasnya.

Masyarakat Gunungkidul mengenalnya dengan modified cassava flour (mocaf). Di kabupaten yang relatif kering ini kaya akan tanaman singkong.

Turunan makanannya sudah membudaya, seperti getuk, timus, tape, tiwul, lemet, keripik singkong, gatot, cenil, klepon.

"Saya pun sudah sering membeli bakmi godog berbahan mocaf. Jadi ya, saat ini tidak selalu mi instan itu dari gandum," katanya.

Apalagi singkong ini tanaman lokal. Mudah menanamnya, murah meriah. Hanya saja memang produknya harus naik kelas. 

Menurutnya, LDII perlu memperkuat jejaring pemasaran dan branding produknya.

"Sehingga sentra-sentra mocaf pun dapat menjadi destinasi wisata makanan sehat dan inovasi teknologi singkong," pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved