Inilah Hal Buruk yang Akan Terjadi Jika Negara Jatuh Bangkrut Seperti Sri Lanka

Bahkan sejumlah negara di ambang kebangkrutan. Yang sudah terjadi contohnya di Sri Lanka. Negara ini bangkrut presiden kabur

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Rina Eviana
AFP
Para pengunjuk rasa berpartisipasi dalam demonstrasi anti-pemerintah di luar kantor Presiden di Kolombo pada 9 Juli 2022. - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa yang terkepung melarikan diri dari kediaman resminya di Kolombo, kata sumber pertahanan utama kepada AFP, sebelum pengunjuk rasa berkumpul untuk menuntut pengunduran dirinya menyerbu menggabungkan. - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa kabur ke Maladewa sebelum mengundurkan diri secara resmi, protes pun pecah di Kolombo menyusul kabar ini. 

Tribunjogja.com - Banyak negara di dunia saat ini tengah menghadapi kenaikan inflasi yang cukup tajam.

Bahkan sejumlah negara di ambang kebangkrutan. Yang sudah terjadi contohnya di Sri Lanka.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan, ekonomi negara pulau itu telah "runtuh" karena kehabisan uang untuk membayar makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

Wickremesinghe, yang baru menjabat pada Mei, juga berjanji akan mundur setelah pemerintahan baru dilantik. Dia mengaku tugas monumental yang dia hadapi dalam memulihkan ekonomi kini menuju "titik terendah".

Krisis di Sri Lanka
Krisis di Sri Lanka (Istimewa)

Inilah kenyataan pahit bagi Sri Lanka yang ekonominya sempat tumbuh pesat, dengan kelas menengah bertumbuh hingga akhirnya terpukul krisis terburuk.

Pemerintah berutang 51 miliar dollar AS (lebih dari Rp 760 triliun) dan tidak dapat melakukan pembayaran bunga atas pinjamannya, apalagi mengurangi jumlah yang dipinjam.

Pariwisata, mesin penting pertumbuhan ekonomi Sri Lanka, telah tersendat karena pandemi dan kekhawatiran tentang keamanan setelah serangan teror pada 2019.

Mata uangnya jatuh hingga 80 persen, membuat impor lebih mahal dan memperburuk inflasi yang sudah tidak terkendali, dengan harga makanan naik 57 persen, menurut data resmi.

Kementerian Keuangan mengatakan, Sri Lanka hanya memiliki cadangan devisa yang dapat digunakan sebesar 25 juta dollar AS (Rp 375 miliar). Dibutuhkan 6 miliar dollar AS (Rp 90 triliun) untuk tetap bertahan selama enam bulan ke depan.

Alhasil, negara ini di ambang kebangkrutan, dengan hampir tidak ada uang untuk mengimpor bensin, susu, gas memasak, obat-obatan.

Hingga Presiden Sri Lanka kabur ke Maladewa pada Rabu (13/7/2022), setelah sebelumnya berjanji akan mengundurkan diri saat kekacauan berbulan-bulan memuncak hingga pengunjuk rasa mengambil alih Istana Kepresidenan.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada parlemen Selasa (5/7/2022), Sri Lanka sudah menjadi negara bangkrut dan penderitaan akut dari krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya akan bertahan hingga setidaknya akhir tahun depan.

Melansir Channel News Asia, negara kepulauan yang berpenduduk 22 juta orang itu telah mengalami inflasi selama berbulan-bulan dan pemadaman listrik yang berkepanjangan setelah pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital.

Baca juga: Contek Cara Jitu Warren Buffet Menghadapi Pasar yang Sedang Bearish, Begini Tipsnya

Wickremesinghe mengatakan negara yang pernah makmur itu akan mengalami resesi yang dalam tahun ini dan kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan akan terus berlanjut.

"Kami juga harus menghadapi kesulitan pada 2023," kata perdana menteri. "Inilah kebenarannya. Inilah kenyataannya."

Kondisi itu membuat negara dan penduduk Sri Lanka mengalami banyak kesulitan, khususnya terkait pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya kesulitan mendapatkan obat-obatan, bahan bakar, bahan pangan, dan lain sebagainya. 

Sulitnya kondisi Sri Lanka saat ini membuat penduduk marah, menuntut presiden mundur, bahkan melakukan sejumlah akurasi protes termasuk memaksa masuk dan menguasai kediaman mewah presiden. 

Lantas, apa sesungguhnya yang akan terjadi pada sebuah negara yang bangkrut? 

Jika negara bangkrut

warga Sri Lanka menggelar demo menyusul krisis ekonomi terparah yang melanda negara tersebut
warga Sri Lanka menggelar demo menyusul krisis ekonomi terparah yang melanda negara tersebut (CBC)

Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies), Bhima Yudhistira, menjelaskan kondisi keuangan negara yang alami kebangkrutan. 

"Kebangkrutan adalah kondisi di mana suatu negara tidak mampu lagi membayar bunga utang dan tidak ada kreditur yang mau memberikan pinjaman baru," kata Bhima kepada Kompas.com, Senin (11/7/2022). 

"Contohnya Sri Lanka, sudah tidak bisa lagi bayar kewajiban utangnya, sehingga minta di-bailout (disuntik dana bantuan) oleh IMF. Itu berarti secara teknikal dianggap bangkrut atau gagal bayar default," lanjut dia. 

Kebangkrutan ini membawa begitu banyak dampak, baik bagi negara secara sebuah lembaga, maupun bagi masyarakat yang ada di dalamnya. 

Bhima menyebutkan setidaknya ada 5 imbas yang akan terjadi dari negara yang bangkrut. Pertama, akan terjadi panic buying. 

"Krisis pangan membuat masyarakat melakukan panic buying dan penimbunan yang memberikan efek kelangkaan di berbagai tempat," ujar Bhima. 

Kedua, kebangkrutan juga akan memengaruhi kekuatan mata uang negara. Mata uang tak lagi memiliki nilai. Pelaku usaha dan masyarakat pun akan hilang kepercayaan terhadap kekuatan mata uang negara yang bangkrut itu. 

"Maka proses barter atau pertukaran barang akan menggantikan transaksi dengan mata uang. Muncul juga transaksi di pasar gelap dan di perbatasan dengan negara lain," sebut dia. 

Baca juga: Cara Menghadapi Ancaman Inflasi Dunia Agar Enggak Jatuh Miskin Ala Ellon Musk dan Warren Buffett

Ranah selanjutnya yang juga terdampak adalah ranah politik. Politik pemerintahan suatu negara yang bangkrut dikatakan tidak akan stabil dan bakalan memiliki banyak konflik di seluruh lapisan pemerintahan. 

Keempat, negara yang bangkrut akan kesulitan mendapatkan kepercayaan dari pihak kreditur. 

"Kepercayaan kreditur hilang, membuat suku bunga naik signifikan (kini suku bunga Sri Lanka 15 persen), sehingga mempersulit pelaku usaha dan pemerintah mendapat pendanaan baru," tutur Bhima. 

Terakhir, kebangkrutan akan membuat munculnya gelombang eksodus atau melarikan diri ke wilayah negara lain demi mendapatkan kehidupan yang lebih laik. 

"Eksodus ini punya dampak permanen ke masa depan ekonomi, karena hilangnya talenta atau SDM untuk membangun kembali perekonomian," kata Bhima. 

Bisakah kondisi bangkrut membaik, atau negara bangkrut kembali bangkit? 

Meski sulit, Bhima mengatakan bahwa negara yang alami kebangrutan bisa saja kembali bangkit arah setidaknya kembali pulih. 

"Bisa, tapi recover-nya tentu butuh waktu lama," ujarnya. 

Dalam proses menuju bangkit ini, negara yang bangkrut dipastikan akan kehilangan kekuatan dan tidak memiliki daya tawar. Sehingga negara harus patuh dan tunduk terhadap pihak eksternal yang akan membantu kebangkitan ekonominya. 

"Akan tunduk pada resep dari IMF. Ujungnya mulai dari menjual aset BUMN atau menggadaikan konsesi izin usaha dan kekayaan SDA kepada asing," pungkas Bhima.(Kompas.com/Kontan.co.id)

 

 

 

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved