Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Ada 96 Geng Pelajar di DI Yogyakarta Tumbuh dari Balik Dinding Sekolah

Satpol PP DIY mencatat, terdapat 96 geng pelajar yang tersebar di sejumlah sekolah baik tingkat SMP maupun SMA yang ada di DIY.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh
Ilustrasi Klitih 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus kejahatan jalanan atau klitih di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali marak.

Sejumlah kalangan mulai mencari cara untuk mengurangi penyakit masyarakat yang satu ini.

Beberapa pengamat menilai aksi kejahatan jalanan itu tumbuh subur dari dinding sekolah.

Mereka mengatasnamakan geng tertentu dan siap mencari eksistensinya masing-masing.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) DIY Noviar Rahmad mengatakan, pihaknya telah melakukan pendataan terhadap para geng pelajar itu.

Terdapat 96 geng pelajar yang tersebar di sejumlah sekolah baik tingkat SMP maupun SMA yang ada di DIY.

Baca juga: Antisipasi Klitih, Satpol PP Kota Yogya Diinstruksikan Gelar Patroli Malam 

"Sekarang ada 96 geng. Rata-rata mereka arahnya ke negatif semua. Misal, mengatasnamakan geng sekolah tetapi kegiatannya di luar sekolah," kata Noviar, Selasa (12/4/2022).

Rekruitmen para geng pelajar itu basisnya dari institusi sekolah, akan tetapi keanggotaan dan kegiatannya di luar sekolah.

"Nanti mereka memunculkan persaingan antar geng sekolah. Antara geng sekolah a dengan geng b," ujarnya.

Klaim tersebut bukan menjadi hal baru untuk saat ini.

Yang menjadi pertanyaan, bisakah 96 geng pelajar itu ditertibkan?

Adakah produk hukum yang dapat mereduksi keberadaan geng pelajar tersebut?

"Kami mencarinya susah. Ibarat organisasi tanpa bentuk lah itu. Jadi dia tidak resmi, dia berada dilingkungan sekolah tetapi dia menamai kelompoknya sendiri. Jadi sulit ditertibkan di kami," jelas Noviar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, geng pelajar itu subur lantaran ada peran serta para alumni.

Doktrin kewajiban untuk membacok orang menjadi sebuah tiket masuk ke lingkaran brutal itu.

"Semakin sering tertangkap, malah itu yang dijadikan ketua geng. Eksistensinya disitu. Misal bisa bacok orang pasti dia bisa jadi ketua geng. Itu nilai yang tidak masuk akal," kata Noviar.

Pihak Satpol PP DIY hanya mampu berbuat dalam segi upaya pencegahan saja.

Misalnya meminta kelompok jagawarga dan Satlinmas untuk memastikan warganya tidak ada anak-anak usia remaja yang keluar rumah di atas jam 22.00 WIB.

"Untuk di lingkungan sekolah kami ada program Satpol PP Go To School. Itu kami datang ke sekolah, memeriksa para pelajar," terang dia.

Baca juga: Klitih di Yogyakarta, Kriminolog UII : Utamakan Tindakan Pencegahan daripada Penanganan

Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto mengatakan, tertangkapnya lima pelaku penganiaya yang mengakibatkan pelajar berinsial D (18) meninggal dunia menjadi catatan hitam tahun ini.

Pasalnya, para pelaku berafiliasi dalam sebuah geng pelajar dari sebuah SMK di Yogyakarta.

Kepolisian kini bergerak untuk menyisir satu per satu geng pelajar yang tersebar di wilayah DIY.

Berdasar keterangannya, jumlah geng pelajar di DIY cukup banyak.

"Kalau berapa jumlahnya, itu banyak. Kami akan melakukan pendataan dulu untuk pastinya," jelas Yuliyanto.

Lagi-lagi penegak hukum kesulitan untuk menyingkirkan keberadaan para geng pelajar itu.

"Memang ketika tidak terjadi tindak pidana mereka (geng pelajar) sulit kami tindak," jelasnya.

Untuk itu, lanjut Yuli, pencegahan dari orang tua dan pihak sekolah untuk mengawasi anak-anaknya supaya tidak masuk ke lingkaran geng pelajar brutal itu sangat dinantikan. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved