Pesona Dewi Peri

Di Sini Tempat Belajar Jadi Wong Ndeso

Desa Wisata Pentingsari yang dikenal dengan sebutan Dewi Peri itu berada di Padukuhan Pentingsari, Kalurahan Umbulharjo.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: ribut raharjo
Istimewa
Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Pentingsari diajak menanam padi di sawah 

Masyarakat di sana sangat ramah. Sugeng, warga setempat, adalah contohnya. Ia langsung tersenyum dan menyapa hangat ketika Tribun Jogja memasuki halaman rumah sederhana miliknya.

Sugeng kemudian mempersilakan saya duduk di kursi teras. Setelah berkenalan dengan Tribun Jogja, ia lantas bercerita tentang masyarakat Desa Wisata Pentingsari yang selalu hidup sederhana dan apa adanya.

Kendati ada yang menjadi pegawai, mayoritas penduduk setempat bekerja sebagai petani.

Pada 2008, ia menyampaikan, mengelola Desa Wisata Pentingsari hanyalah sambilan warga sekitar. Lalu, pada akhir 2009, ada tamu datang untuk berkegiatan alam dan menginap di rumah penduduk.

Setelahnya, warga mulai berjuang melakukan promosi ke pemerintah, swasta, maupun perguruan tinggi.

“Semula promosi pakai brosur. Ternyata, pakai brosur tidak efisien karena seperti bungkus kacang. Setelah dibaca, brosur dibuang. Suatu waktu, kami menyadari bahwa daya tarik sebuah desa wisata bukan karena promosi yang masif. Kuncinya adalah bagaimana kami melayani tamu,” terang Sugeng.

Berjuang tanpa Doto

Ia melanjutkan, prinsip yang dipegang oleh masyarakat Desa Wisata Pentingsari adalah tidak boleh membedakan asal-usul dan agama.

Jika semua tamu dilayani secara baik, tamu lain akan dayang. Konsep tersebut sampai sekarang masih diterapkan dan mengharumkan nama Desa Wisata Pentingsari.

Sugeng adalah pemandu di Desa Wisata Pentingsari. Ia menjalaninya sejak kepengurusan awal berdiri atau sebelum Doto memimpin.

Baginya, Doto adalah sosok sederhana. Pemikirannya mudah diterima oleh masyarakat. Karakter Doto pun dinilai bak ilmu padi: pandai, unggul, dan sangat rendah hati.

“Almarhum pandai soal pemasaran. Berkat kepiawaiannya, Desa Wisata Pentingsari dikenal luas, bahkan mendapat beragam penghargaan. Saya kaget, tidak percaya, saat mendapat kabar ia berpulang. Almarhum meninggalkan banyak hal, terutama pemikiran menuju masa depan desa wisata,” paparnya.

Senada, pengurus lain Desa Wisata Pentingsari, Bayu Hindra Wijaya, menyebut bahwa kepergian Doto menjadi duka mendalam.

Baginya, Doto adalah ikon Desa Wisata Pentingsari. Setelah Doto tiada, ia bersama pengurus lain berkomitmen untuk terus membawa nama Desa Wisata Pentingsari harum.

Desa Wisata Pentingsari sempat tutup tujuh hari pasca-kepergian Doto. Namun, kini, operasional berjalan normal lagi. Wisatawan mulai berdatangan.

Ada sejumlah paket wisata yang ditawarkan di sana. Akan tetapi, yang menjadi unggulan tetap paket Live-in, yang dijual dalam bentuk pengalaman. (rif)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved