Feature

Pameran Jayapatra di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Perjalanan Yogyakarta untuk Bangsa

Sejumlah koleksi bersejarah ditampilkan dalam pameran bertajuk Jayapatra yang digelar di Pagelaran Keraton Yogyakarta selama empat bulan ke depan.

TRIBUNJOGJA.COM / Yuwantoro Winduajie
MOBIL - GKR Bendara menunjukkan salah satu koleksi di pameran bertajuk Jayapatra di Pagelaran Keraton Yogyakarta. 

TRIBUNJOGJA.COM - Ingin belajar sejarah? Ingin melihat langsung mobil klasik tunggangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX? Datang ke Pameran Jayapatra yang digelar di Pagelaran Keraton Yogyakarta. Sejumlah koleksi bersejarah ditampilkan dalam pameran bertajuk Jayapatra yang digelar di Pagelaran Keraton Yogyakarta selama empat bulan ke depan.

Pameran digelar untuk memperingati Jumenengan atau kenaikan tahta ke-33 Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut menghadirkan beragam arsip, koleksi, maupun bukti sejarah yang menggambarkan peran keraton dan masyarakat Yogyakarta dalam dinamika politik nasional.

Sejumlah koleksi yang menarik perhatian adalah mobil dinas yang sempat dipakai Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat menjabat sebagai pejabat tinggi negara. Salah satunya adalah Cadillac Fleetwood 75 keluaran tahun 1964 yang merupakan mobil dinas Sri Sultan HB IX saat menduduki kursi Wakil Presiden Republik Indonesia antara tahun 1973 hingga 1978.

Mobil pabrikan Amerika Serikat tersebut mulai digunakan sebagai kendaraan kedinasan pada 1975. Selain itu, ada mobil klasik Ford Galaxie 500 keluaran sekitar tahun 1960.

Mobil tersebut digunakan Sri Sultan HB IX saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri atau Menko Ekuin pada 1966 sampai 1973. "Kebanyakan yang dipamerkan memang arsip karena ini menunjukkan perjalanan sejarah melalui arsip sejarah," ungkap Pengageng Nitya Budaya atau Divisi Keraton yang Berwenang Atas Museum dan Kearsipan, GKR Bendara dalam pembukaan pameran.

"Terakhir ada masterpiece dua mobil yang digunakan HB IX saat menjabat Menko Ekuin dan Wakil Presiden kedua RI," sambungnya.

Dalam pameran tersebut, dipaparkan pula peran keraton mulai dari masa Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Amanat 5 September 1945, pemindahan ibukota negara ke Yogyakarta, Agresi Militer Belanda II hingga Serangan Umum 1 Maret 1949 yang baru saja ditetapkan sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara melalui Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 2 Tahun 2022.

"Dalam pameran ini, kami mengunggah lagi sejarah perjalanan bagaimana Yogyakarta, tidak hanya keraton tapi tokoh-tokoh di yogyakarta yang memiliki jasa besar terhadap Indonesia," jelasnya.

Menurut putri bungsu Sri Sultan HB X tersebut, arsip dan koleksi yang dipajang menghadirkan peran vital keraton dan masyarakat dalam berbagai sektor selama perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam bidang pendidikan misalnya, keraton merintis pendidikan berbasis budaya melalui sekolah tamanan. Bahkan Sri Sultan HB IX mengizinkan keraton jadi ruang belajar UGM di awal masa kemerdekaan.

Perjalanan peristiwa SU 1 Maret 1949 sebagai penanda kedaulatan NKRI melawan agresi militer Belanda pun turut dihadirkan dalam pameran kali ini. Peran Sri Sultan HB IX dalam peristiwa serangan para gerilyawan selama enam jam untuk menunjukkan kedaulatan bangsa Indonesia kepada dunia turut ditampilkan.

"Kebanyakan yang dipamerkan memang arsip karena ini perjalanan sejarah, arsip sejarah. Begitu banyaknya arsip yang menandai perjalanan sejarah," paparnya.

Bendara menambahkan, pameran ini diharapkan membuat masyarakat bisa mendapatkan informasi tepat bagaimana Yogyakarta akhirnya menjadi daerah istimewa. Sebab banyak generasi muda yang tidak mengetahui sejarah Yogyakarta.

"Beragam bukti sejarah yang dipamerkan kali ini kami bawakan agar masyarakat tahu kenapa Yogya menjadi daerah istimewa," tandasnya. (yuwantoro winduajie)

Baca Tribun Jogja edisi Kamis 10 Maret 2022 halaman 01

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved