Perang Rusia Ukraina
Perusahaan Global Ramai-ramai Hengkang dari Rusia, Bagaimana Nasib Pegawainya?
Sederet perusahaan global hengkang dari Rusia dan memilih untuk setop aktivitas bisnis mereka di negara tersebut.
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Rina Eviana
TRIBUNJOGJA.COM - Sederet perusahaan global hengkang dari Rusia dan memilih untuk setop aktivitas bisnis mereka di negara tersebut.
Tribunjogja.com merangkum setidaknya ada lebih dari 10 perusahaan yang pergi dari Rusia, memilih untuk memboikot Rusia apabila masih menginvasi Ukraina.
Sebagian besar dari perusahaan itu memilih hengkang lantaran merasa tidak mungkin melanjutkan aktivitas jual beli ketika ada banyak kesengsaraan di Ukraina.
Lantas, bagaimana nasib karyawan yang bekerja di perusahaan global tersebut?
Berikut sederet perusahaan yang memberhentikan aktivitasnya di Rusia berdasarkan kategori dan penjabaran tentang nasib karyawannya.
MAKANAN DAN MINUMAN
1. McDonald’s
McDonald's mengatakan, untuk sementara, pihaknya akan menutup sekitar 850 restorannya di Rusia. McDonald's mengatakan langkah itu merupakan tanggapan terhadap penderitaan manusia yang tidak perlu yang terjadi di Ukraina.
Restoran tersebut juga mengatakan, tidak dapat memprediksi kapan akan membuka gerainya kembali.
"Konflik di Ukraina dan krisis kemanusiaan di Eropa telah menyebabkan penderitaan yang tak terkatakan bagi orang-orang yang tidak bersalah," kata Chief Executive Officer McDonald’s Chris Kempczinski.
"Sebagai sebuah sistem, kami bergabung dengan dunia dalam mengutuk agresi dan kekerasan dan berdoa untuk perdamaian,” tambahnya.
McDonald's menjanjikan akan terus membayar sekitar 62.000 stafnya di Rusia. Selama perang, perusahaan juga telah mengalami masalah rantai pasokan di sana.
McDonald's hadir di Moskow pada tahun 1990, saat Uni Soviet membuka ekonominya, menarik ribuan orang untuk membeli burger dan kentang goreng.
Ketika ketegangan dengan Barat meningkat pada tahun 2014 atas pencaplokan Krimea oleh Rusia, beberapa restorannya ditutup sebagai bagian dari penyelidikan standar makanan, yang oleh banyak orang dianggap bermotif politik.
Penutupan sekarang juga membawa bobot simbolis, dan kemungkinan akan mempengaruhi perusahaan lain.
Dikombinasikan dengan Ukraina, restoran menyumbang sekitar 9