Berita Tribun Jogja Hari Ini
Penghentian PTM Dianggap Keputusan Tepat
Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik RS Siloam Yogyakarta, dr Raden Ludhang Pradipta Rizki MBiotech SpMK menilai, penghentian PTM keputusan tepat.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik RS Siloam Yogyakarta, dr Raden Ludhang Pradipta Rizki MBiotech SpMK menilai bahwa penghentian PTM adalah keputusan tepat di tengah kasus Covid-19 yang terus meningkat.
“Ini adalah bentuk rem, walau roda ekonomi wisatawan tetap jalan, tetapi PTM sebaiknya daring terlebih dahulu. Ini sudah sangat tepat saya kira, sesuai dengan apa yang pernah saya sampaikan beberapa waktu lalu,” ujarnya kepada Tribun Jogja, Selasa (1/3/2022).
Sebelumnya, Ludhang pernah menyampaikan kepada Tribun Jogja bahwa sebaiknya PTM kembali dijadikan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Ia tidak ingin memberi angin segar bahwa varian virus Sars-CoV-2 yang bernama Omicron memiliki gejala ringan.
“Setidaknya, dengan PJJ ini sudah ada cara preventif mengurangi paparan Covid-19 ke anak, ke kelompok rentan. Dengan catatan, di luar kegiatan sekolah, orang tua tetap harus memantau anak-anaknya,” tuturnya lagi.
Ditambahkan Ludhang, kemarin, kasus Covid-19 di DIY tercatat ada 1.600 pasien baru.
Jumlah tersebut naik dari hari kemarin, Senin (28/2/2022) yang tercatat ada 1.253 kasus baru.
“Angka ini belum dibilang tren menurun, lho. Kita lihat, dalam dua minggu apakah warga Yogyakarta banyak juga yang keluar kota,” terangnya.
Ia kemudian mengirimkan sebuah gambar yang berisi tentang gelembung sosial atau social bubble.
Dalam gelembung itu, ada orang yang melakukan olahraga, sekolah, di rumah, beraktivitas dengan teman dan bekerja.
Penjelasannya, beberapa pasien dewasa dan lansia justru tertular dari anak dan cucu yang sedang sekolah.
Ini akan berbahaya apabila lansia memiliki komorbid dan belum mendapatkan suntikan vaksinasi booster.
Apabila situasi tersebut ada di rumah, maka bisa juga angka kematian di Yogyakarta tinggi.
Dia berharap, kontrol orang tua baik di masa PTM dan PJJ juga tetap ketat, mengingat penyebaran virus ini juga lebih cepat.
Kematian melonjak
Angka kematian akibat Covid-19 di DIY mengalami lonjakan dalam beberapa hari terakhir.
Dalam rentang waktu dua hari, angka kematian hampir menembus 30 kasus. Pada Senin (28/2) lalu, Pemda DIY melaporkan adanya 15 pasien meninggal karena terinfeksi virus corona. Kemudian kemarin, ada 13 pasien yang dilaporkan meninggal.
Menanggapi hal itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono menuturkan, dirinya tak bisa berbuat banyak untuk menekan angka kematian. Sebab, penularan yang terjadi sangat bergantung dari kedisiplinan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan.
"Selama masyarakatnya itu tidak hati-hati untuk menjaga dirinya, keluar rumah ke tempat saudara, teman, dan sebagainya itu tidak hati-hati, risikonya (terpapar) kan besar," ucap Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (1/3/2022).
"Kalau seperti itu tidak punya kesadaran diri sendiri, ya, kon ngopo (disuruh apa) aku. Semua itu kan dia positif atau tidak tergantung perilakunya sendiri. Kalau dirinya enggak hati-hati risikonya besar," lanjutnya.
Karenanya, Sultan meminta masyarakat untuk patuh menerapkan prokes. Terlebih virus corona masih berpotensi untuk terus bermutasi, sehingga biarpun telah divaksin, corona tetap dapat tetap menular meski dengan kesempatan yang kecil.
"Karena sekarang vaksin yang ada hanya menumbuhkan imunitas bukan membunuh virus. Tidak ada pilihan, makanya kita yang hati-hati, jangan bosan jaga diri dan memiliki kesadaran menjaga dirinya sendiri," jelasnya.
Sementara itu, Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji meminta masyarakat mewaspadai penularan Covid-19 varian Delta di DIY. Selain ancaman penularan Omicron, masyarakat juga perlu mengantisipasi penularan varian Delta yang disebut memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi dari varian baru yang muncul setelahnya. Aji meyakini tingginya angka kematian beberapa hari terakhir disebabkan karena varian Delta yang masih merebak.
"Di DIY masih ada Delta. Sangat mungkin yang sampai meninggal itu karena Delta. Delta memang mematikan dibanding Omicron. Tapi sekarang sebagian besar penularan itu karena Omicron," terang Aji, Selasa (1/3).
Aji meminta lansia maupun warga dengan komorbid untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat jika merasakan gejala Covid-19. Sebab, kematian akibat virus Corona sebagian besar terjadi pada kelompok tersebut.
Dengan segera melakukan pemeriksaan maka kondisi pasien akan terus terpantau. Pasien pun tidak akan terlambat untuk mendapatkan penanganan medis. "Sebagian besar karena komorbid dan lansia. Ada beberapa ada anak-anak bahkan tanpa komorbid namun sangat sedikit," tandasnya. (ard/tro)
Baca Tribun Jogja edisi Rabu 2 Maret 2022 halaman 01