5 Fakta Chernobyl yang Dikuasai Pasukan Rusia, Tempat Menyeramkan yang Tidak Bisa Ditinggali Manusia

Bekas pembangkit listrik tenaga nuklir, Chernobyl saat ini telah dikuasai pasukan militer Rusia. Informasi ini disampaikan Penasihat komandan terting

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Yoseph Hary W
GENNYA SAVILOV / AFP
Sebuah foto yang diambil pada 8 Desember 2020 menunjukkan grafiti di dinding bangunan di alun-alun pusat kota hantu Pripyat, tidak jauh dari pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl. Lebih dari tiga dekade setelah bencana nuklir Chernobyl yang memaksa ribuan orang mengungsi, ada gelombang pengunjung ke daerah itu yang mendorong para pejabat untuk mencari status resmi dari UNESCO. Para pejabat berharap pengakuan dari badan kebudayaan PBB akan meningkatkan situs tersebut sebagai daya tarik wisata dan pada gilirannya meningkatkan upaya untuk melestarikan bangunan tua di dekatnya. 

Kota Pripyat, misalnya, pernah memiliki populasi lebih dari 45.000, termasuk sebagian besar pekerja pabrik dan keluarga mereka.

Untuk meminimalkan paparan radiasi, pemandu membawa dosimeter dan menginstruksikan pelanggan mereka untuk tidak makan atau merokok di luar.

Menyusul penayangan miniseri HBO 2019 ‘Chernobyl’ agen tur telah melaporkan peningkatan pariwisata sebesar 40 persen.

4. Level radiasi sama seperti Hiroshima

Mereka yang terpapar radiasi ketika reaktor Chernobyl meledak diyakini menerima rata-rata dosis radiasi sekitar 45 rem.

45 rem serupa dengan dosis rata-rata yang diterima oleh para penyintas setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima pada 1945.

Sementara 45 rem tidak cukup untuk menyebabkan penyakit radiasi yang biasanya terjadi pada sekitar 200 rem, tapi itu masih meningkatkan risiko kanker hampir dua persen.

5. Masih ada orang yang tinggal ilegal

Meskipun sebagian besar zona eksklusi tetap tanpa manusia, beberapa ratus penduduk telah kembali secara ilegal.

Bahkan setelah ribuan orang dievakuasi, beberapa orang tidak pernah pergi. Meskipun ilegal, sekitar 130 hingga 150 orang masih tinggal di daerah tersebut.

Banyak dari penduduk tersebut adalah perempuan yang masih bertani di tanah leluhur mereka di usia 70-an dan 80-an. Dan, di luar zona eksklusi, ada sejumlah pendatang baru.

( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved