Rencana Modifikasi Pembelajaran Tatap Muka di Yogyakarta

Pemkab Sleman bergerak cepat merespons kasus penularan Covid-19 yang mulai bergerak naik.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja/Ahmad Syarifudin
Suasana pembelajaran tatap muka dengan kapasitas seratus persen di SMPN 3 Mlati, Senin (17/2/2022) 

TRIBUNJOGJA.COM - Pemkab Sleman bergerak cepat merespons kasus penularan Covid-19 yang mulai bergerak naik.

Satu di antaranya dengan membuka rencana melakukan modifikasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang kini sudah berjalan seratus persen di semua satuan sekolah.

"Berkaitan dengan evaluasi tatap muka, kita tunggu perkembangan dalam minggu ini. Kalau sampai nanti gejalanya terus merebak, tentu akan kami ambil keputusan yang terbaik," jelas Sekretaris Daerah Sleman, Harda Kiswaya, Kamis (27/1/2022).

Keputusan yang terbaik, adalah tetap menggelar pembelajaran tatap muka dengan kapasitas seratus persen, retapi dibagi dalam dua sift (giliran).

Yaitu, pagi 50 persen dan sorenya 50 persen. Kebijakan ini tengah diperhitungkan.

Harapan dengan dirancangnya metode ini, supaya siswa di sekolah tetap bisa menjaga jarak saat berada di ruang kelas. Kemudian pembelajaran tatap muka juga tetap bisa dilaksanakan dengan kapasitas seratus persen. Artinya, tidak bertentangan dengan aturan di atasnya.

"Ini agar tidak bertentangan dengan pemerintah lebih tinggi, dalam hal ini Pak Gubernur. Karena di (aturan) provinsi juga (PTM 100 persen) belum diubah. Kami akan ada 2 sift, 50 persen pagi, dan 50 persen sore," ujar dia.

Harda optimistis, dengan pengaturan ini maka anak-anak belajar di sekolah bisa lebih aman. Karena jarak antar-siswa benar-benar diperhatikan.

Selain itu, dengan adanya pengaturan di sekola, tidak ada perintah dari pemerintah provinsi maupun pusat yang dilanggar. Sebab PTM 100 persen tetap dilaksanakan.

"Insyaallah itu baik," ujar dia. Selain rencana modifikasi PTM 100 persen, Harda juga meminta kepada panewu maupun lurah agar meningkatkan kembali pemantauan protokol kesehatan (prokes) di wilayah masing-masing.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Sleman, Ery Widaryana, memastikan bahwa PTM di Sleman hingga saat ini belum ada perubahan.

Masih dengan kapasitas seratus persen dan prokes ketat. Tetapi pada Senin (31/1) akan ada rapat dengan pengawas sekolah membahas evaluasi PTM seratus persen di Sleman.

"PTM tidak harus 100 persen sesuai SKB 4 menteri. Yang di Jakarta juga sudah banyak yang diskenario. Sementara ini, (di Sleman) masih 100 persen. Mudah-mudahan tidak ada lonjakan. Jika ada lonjakan, maka akan kami buat skenario baru," ucapnya.

Sekadar informasi, angka kasus harian cCovid-19 di Kabupaten Sleman kembali merangkak naik dalam beberapa hari terakhir. Pada Senin (24/1) terdapat 5 kasus. Selasa (25/1) bertambah 16 kasus. Kemudian Rabu (26/1) ada 10 kasus. Sedangkan Kamis (27/1) muncul 25 penularan baru. Jumlah kasus harian ini melonjak dibanding sebelumnya yang rata-rata kurang dari lima kasus sehari.

Pilih PJJ

Pembelajaran tatap muka 100 persen di Kota Yogyakarta sudah dilaksanakan sejak, Senin (24/1). Namun tidak semua sekolah bisa melaksanakan PTM 100 persen, salah satunya SMP Joannes Bosco.

Kepala SMP Joannes Bosco, Asterina Saptiyani mengatakan, ada beberapa siswa yang memang tidak mengikuti PTM.

Selain karena siswa berada di luar DIY, orang tua juga tidak memberikan izin untuk mengikuti PTM. Alhasil siswa tersebut mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ).

"Sekitar 10-an siswa saja yang tidak bisa ikut PTM. Ya, kami memaklumi itu, karena kondisi masih pandemi COVID-19," jelasnya.

Ia menyebut, siswa yang bersekolah di SMP Joannes Bosco memang tidak seluruhnya warga DIY. Ada beberapa siswa yang berasal dari Surabaya, Bandung, dan lainnya. "Ada yang saat ini ada di Qatar, kemudian ada yang dari Papua, tetapi akhirnya mengundurkan diri karena kerepotan,"terangnya.

Selama pandemi ini kegiatan belajar mengajar di SMP Joannes Bosco berjalan lancar, termasuk saat diterapkan PTM 100 persen. Protokol kesehatan pun diterapkan secara ketat, termasuk dengan menerapkan aplikasi PeduliLindungi.

Sampel


Jumlah sampel probable Omicron di DIY bertambah sebanyak 12. Sehingga total kasus probable di wilayah ini menjadi 16.

Kasus probable ini dipastikan melalui tes Polymerase Chain Reaction (PCR) S Gene Target Failure (SGTF) Covid-19 yang digelar beberapa waktu lalu. Sebelumnya, Pemda DIY telah menemukan 4 sampel probable Omicron.

Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, Irene menjelaskan, sampel pasien Covid-19 yang diperiksa berasal dari sejumlah kabupaten/kota di DIY. Termasuk pula sampel dari wilayah di luar DIY.

Untuk menegakkan diagnosis, BBTKLPP akan melakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) terhadap belasan sampel probable Omciron yang terkumpul.

Irene menjelaskan, pemeriksaan WGS idealnya dilakukan terhadap 96 sampel sekaligus, mengingat ongkos pemeriksaan yang mahal. Kendati demikian, BBTKLPP akan melakukan pemeriksaan jika sudah terkumpul minimal sebanyak 48 sampel probable.

“Kita masih ngumpulin sampelnya dulu, kalau sampel sudah terkumpul baru kita lakukan (WGS) segera. Karena kan mubazir kalau running dua kali. Sekali running (biayanya) ratusan juta (rupiah)," terangnya.


Pemeriksaan WGS membutuhkan waktu lebih dari sepekan. "Karena preparation butuh tiga hari, lalu pembacaan sekitar 30 jam-an jadi sekitar seminggulah," terangnya. (rif/maw/tro)

Baca Tribun Jogja edisi Jumat 28 Januari 2022 halaman 01 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved