Feature
Curhat Siswa MA Ali Maksum Krapyak Bantul Setelah Dua Hari Jadi Lurah
Selama dua hari, Selasa dan Rabu , siswa MA Ali Maksum Krapyak menjajal menjadi lurah dan perangkat Kalurahan Panggungharjo, Sewon Bantul.
Penulis: Santo Ari | Editor: Iwan Al Khasni
Selama dua hari, Selasa (4/1/2022) dan Rabu (5/1/2022), siswa Madrasah Aliyah (MA) Ali Maksum Krapyak menjajal menjadi lurah dan perangkat Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul. Seperti apa pengalaman mereka?
PEMANDANGAN tak biasa terlihat saat Agung Ramadhan (19), siswa kelas XII Jurusan IPA MA Ali Maksum, duduk di kursi lurah. Di depannya, Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi, duduk di kursi tamu.
Mereka berdiskusi tentang tugas seorang lurah, termasuk dalam hal penganggaran serta perencanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Agung tak menyangka, ternyata tugas seorang lurah sangatlah berat.
“Pusing juga, ya, mengatur semuanya. Wah, jadi lurah ternyata repot. Urusannya banyak. Benar-benar jauh dari ekspektasi. Sebelumnya, saya kira jadi lurah, tuh, enak,” papar Agung kepada Tribun Jogja, Rabu (5/1/2022) kemarin.
Dari diskusi dengan Lurah Panggungharjo, ia belajar soal pemanfaatan anggaran pembangunan sebesar Rp7,5 miliar untuk kepentingan masyarakat.
Ia pun belajar tentang program keamanan hingga pengelolaan sampah.
“Saya kira jadi lurah cuma memantau kinerja perangkat kalurahan, menyampaikan visi dan misi, tetapi ternyata tidak,” katanya.
Zaidan (19), siswa kelas XII MA Ali Maksum, yang berperan sebagai Kepala Seksi Sosial Kalurahan Panggungharjo, mengaku mendapat pembelajaran tentang cara memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
“Saya tidak membayangkan sistem birokrasi bisa sebaik ini. Pengalaman saya, sistem birokrasi di desa begitu lambat. Di sini, ternyata semua tranparan dan tertib administrasi,” tutur siswa asal Magelang, Jawa Tengah, tersebut.
Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi, mengatakan, Kalurahan Panggungharjo memiliki program laboratorium sosial diperuntukkan mahasiswa. Sejak dua bulan lalu, ada 27 mahasiswa yang magang intensif setahun.
“Mereka belajar langsung mengenai pengelolaan pemerintahan kalurahan dan pengelolaan Badan Usaha Milik Kalurahan atau BUMDes. Mereka belajar banyak hal, termasuk pola kepemimpinan,” jelasnya.
“Kami ingin mencari perspektif dari anak muda. Sebab, mayoritas kebijakan kami cenderung dari perspektif orangtua. Dunia sudah berubah dan perspektif anak muda lebih relevan dengan situasi kini dan masa depan,” katanya.
Wahyudi mencontohkan, dari program studi tur, Kalurahan Panggungharjo mendapat masukan supaya anak muda lebih dilibatkan di bidang pendidikan pranikah, pola asuh anak, serta kesehatan anak sejak dini.
Penanggung Jawab Studi Banding MA Ali Maksum, Rosyidah, mengemukakan, program studi tur melibatkan 50 siswa IPA, IPS, dan Bahasa.
Para siswa, ucapnya, berinisiatif mendaftarkan diri dalam program tersebut.
Kegiatan serupa dilaksanakan pula di Kantor Urusan Agama, Perusahaan Daerah Air Minum, Polsek, hingga pabrik roti.
“Tujuan utamanya untuk literasi dan inspirasi kelanjutan pendidikan,” tandasnya. (Santo Ari)
Baca Tribun Jogja edisi Kamis 06 Januari 2022 halaman 01