Komisi B DPRD Bantul Menilai Pasar Seni Gabusan Perlu Dibangkitkan untuk Dongkrak Perekonomian
Komisi B DPRD Bantul melakukan sidak di Pasar Seni Gabusan, Jumat (10/12/2021). Tujuan kegiatan hari itu untuk mengkaji permasalah apa yang dialami
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Komisi B DPRD Bantul melakukan sidak di Pasar Seni Gabusan, Jumat (10/12/2021). Tujuan kegiatan hari itu untuk mengkaji permasalah apa yang dialami oleh Pasar Seni Gabusan dan mencari solusi agar dapat berfungsi maksimal dan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat Bantul.
Ketua Komisi B, Wildan Nafis menilai bahwa sejak pertama dibangun sampai saat ini, Pasar Seni Gabusan belum pernah sukses sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat Bantul.
"Awal berdiri memang ramai, tapi seiring waktu berjalan makin lama makin sepi, sampai sekarang sepi. Kita mencoba mengkaji, sebenarnya apa persoalan mendasar yang membuat Gabusan tidak bisa sukses," ujarnya.
Padahal jika dilihat dari sisi letaknya, Pasar Seni Gabusan memiliki lokasi yang strategis, yakni di Jalan Parangtritis yang merupakan pintu masuk ke lokasi tujuan wisata.
Baca juga: Pengguna Jenius di Yogyakarta Tambah 35 Persen, Bank BTPN Komitmen Hadirkan Fitur Perbankan Simpel
Yang saat ini berjalan di Pasar Seni Gabusan adalah pasar klitikannya. Selain itu di sana juga ada satu kafe yang beroperasi dan mampu menarik pengunjung dari kalangan anak muda.
Berbekal hasil temuan sidak tersebut, ia menilai bahwa sesungguhnya Bantul kekurangan tempat nongkrong anak muda.
"Anak-anak muda kita kan hobinya nongkrong ke tempat ngopi, nah itu rata-rata larinya ke kota Yogyakarta, sleman. Sleman aja bisa sukses lho? Kenapa Bantul tidak bisa sukses? Maka perlu dibuka kesempatan untuk masyarakat bisa membuka usaha di sana, termasuk kafe," ujarnya.
Selain itu, ia melihat untuk tata letak stand di Pasar Seni Gabusan tidak beraturan dan diperlukan proses rehab untuk mengaturnya agar menjadi lebih baik. Ketika itu sudah tertata, tak hanya kafe, bahkan produk UMKM bisa dipamerkan di sana.
"Bantul ini kan banyak UMKM, tapi belum tertampung dalam satu lokasi. Kenapa tidak (di Gabusan)? Dan kita DPRD akan suport itu," ujarnya.
Ia mengambil contoh Pemkot Yogyakarta di bawah kepemimpinan Herry Zudianto beberapa tahun lalu. Saat itu Pemkot merelokasi pasar klitikan di Kuncen. Awalnya masyarakat pesimis dengan program itu dan menilai bahwa klitikan kuncen tidak akan sukses.
"Tapi dengan strateginya, akhirnya sukses, karena Pak Herry waktu itu mengeluarkan kebijakan untuk menggratiskan dulu. Contoh yang sukses perlu ditiru. Pedagang di sana digratiskan dulu (biaya sewa), malah di beri support dana. Nah apakah itu bisa diterapkan di Gabusan? Maka perlu dikaji," ucapnya.
"Kalau memang perlu kita gratiskan, ya tidak apa-apa. Yang penting ramai dulu, kalau sudah ramai, baru kita bisa tarik retribusi," imbuhnya.
Ia juga memaparkan bahwa Gabusan juga berpotensi sebagai pusat seni budaya Kabupaten Bantul. Wildan menyatakan bahwa Pasar Seni Gabusan memiliki area yang sangat luas, dan masih banyak tempat kosong yang bisa dipakai para pegiat seni budaya untuk pentas. Kedepannya, bisa saja dibuat paket-paket wisata yang memasukan Pasar Seni Gabusan di dalamnya.
"Intinya yang penting ramai dulu, mau seperti apa kedepannya yang penting ramai dulu, kalau perlu ada kebijakan, misalnya untuk sementara 6 bulan disubsidi, yang penting ramai dulu," tandasnya.
Selain kebijakan regulasi, hal yang bisa menghidupkan kembali Pasar Seni Gabusan adalah dukungan anggaran. Wildan menyatakan bahwa untuk tahun ini alokasi dana untuk Pasar Seni Gabusan mencapai Rp 400 juta, namun angka itu masih terbilang sangat kecil untuk bisa menghidupkan kembali pasar seni tersebut.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Bantul, Aryunadi mengatakan, jika pemerintah daerah ingin menghidupkan kembali Pasar Seni Gabusan, maka perlu dukungan anggaran yang lebih banyak.
Baca juga: Pemkab Sleman Akan Kebut Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun Pada Januari 2022