Mengenal Empat Langkah untuk Lebih Dekat dengan Allah SWT
Bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hambanya.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Rina Eviana
Tribunjogja.com – Mendekatkan diri kepada Allah SWT merupakan suatu upaya yang besar, karena dalam konteks mendekatkan diri memerlukan keikhlasan dan tidak bisa di lakukan secara instan.
Peroses pendekatan diri kepada Allah memerlukan sebuah usaha yang besar dengan meningkatkan rasa iman, Islam, dan ihsan.
Lantas telah dijelaskan di berbagai riwayat mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT ini diantaranya :
1. Bersyukur kepada Allah SWT
Bagaimana bisa di antara kita untuk gelisah dan tidak merasa bahagia hidupnya.
Padahal sesungguhnya nikmat Allah mengalir dalam diri dan keidupan manusia tanpa sedikitpun ada batasan dan gangguan.
Ada begitu banyak nikmat yang Allah SWT Berikan kepada kita semua, salah satunya nikmat tubuh yang sempurna, dapat mendengar, meraba, melihat, dan tentu masih banyak lagi nikmat yang tidak terhitung jumlahnya.
Allah SWT berfirman :
وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Wa ātākum ming kulli mā sa`altumụh, wa in ta'uddụ ni'matallāhi lā tuḥṣụhā, innal-insāna laẓalụmung kaffār
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrahim 14:34).
Sesungguhnya jika kita bersyukur sedikit saja, sudah tentu Allah akan memberi tambahan nikmat yang sangat luar biasa.
Sebaliknya, jika kita mengufuri nikmat-Nya maka kehidupan kita akan semakin sempit, susah dan sulit.
Lantas Allah SWT berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna 'ażābī lasyadīd
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim 14:7)
2. Berprasangka Baik kepada Allah SWT
Siapakah orang yang hidup dengan tiada masalah?
Semua orang tentunya memiliki masalah, tetapi seorang muslim yang baik tentu tidak akan resah karena masalah, meskipun seberat apapun masalah itu.
Pada umumnya seseorang akan sukar untuk menerima masalah.
Tetapi mau tidak mau kita hidup dunia ini pasti akan berhadapan dengan masalah.
Lantas bagaimana jika masalah itu terasa sangat menyiksa?
Maka jawabannya hanya satu, berperasangka baiklah kepada Allah, karena Allah tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya.
Allah SWT berfirman :
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Kutiba 'alaikumul-qitālu wa huwa kur-hul lakum, wa 'asā an takrahụ syai`aw wa huwa khairul lakum, wa 'asā an tuḥibbụ syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya'lamu wa antum lā ta'lamụn
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah 2:216).
Lantas bagaimana cara menyikapi doa kita yang tidak terkabul?
Maka yang perlu kita lakukan adalah dengan berprasangka baik kepada Allah SWT.
Syeik Ibn Atha’illah dalam kitabnya “al-Hikam” menuliskan bahwa, “Tidak sepatutnya seorang hamba berburuk sangka kepada Allah akibat do’a-do’anya belum dikabulkan olehNya. Dan sebaiknya bagi hamba, yang tidak tahu apa yang akan terjadi atas dirinya esok hari, segera melakukan introspeksi diri.”
Sesungguhnya kita memerlukan sikap berbaik sangka dan membuang segala prasangka buruk yang menjelma di hati kita.
Rasulullah saw bersabdah yang artinya “Jauhilah oleh kalian berprasangka (kecurigaan), karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dustanya pembicaraan.” (HR. Bukhari).
Kemudian Allah SWT berfiman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Yā ayyuhallażīna āmanujtanibụ kaṡīram minaẓ-ẓanni inna ba'ḍaẓ-ẓanni iṡmuw wa lā tajassasụ wa lā yagtab ba'ḍukum ba'ḍā, a yuḥibbu aḥadukum ay ya`kula laḥma akhīhi maitan fa karihtumụh, wattaqullāh, innallāha tawwābur raḥīm
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hujurat 49:12).
Jadi sangat merugilah kita jika kita malah menanamkan prasangka buruk.
3. Sabar dalam Ikhtiar
Langkah selanjutnya agar hidup kita senantiasa bahagia dan lebih dekat dengan Allah adalah sabar dalam ikhtiar.
Allah telah menetapkan suatu ketetapan (Takdir dan hukum) dalam kehidupan ini, di antaranya adalah hukum: Proses.
Dimana setiap pencapaian itu tidak akan di capai dengan cara yang instan, bahkan butuh waktu yang lama untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Sehingga perlunya kesabaran ekstra dalam menjalani proses – proses yang ingin kita capai.
Meskipun akan sangat lama, maka kita perlu untuk menambah kesabaran kita.
Bahkan Allah akan senantiasa menyertai dan mencintai kita karena kesabaran kita. Umar bin Khatab berkata, “dengan kesabaran, kita tau makna hidup yang baik”.
Dari Abu Yahya, iaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah SAW bersabda:
"Amat menghairankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorang pun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, iaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur-lah, maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - ia pun bersabar dan hal ini pun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)
4. Tawakkal kepada Allah
Akan tetapi, bagaimana jika harapan dari upaya dan pengorbanan yang kita lakukan tidak membuahkan hasil?
Maka solusi yang keempat adalah dengan terus bertawakkal kepada Allah, karena yang paling mengerti mana yang terbaik buat hidup kita hanyalah Allah bukan diri kita sendiri.
Oleh sebab itu, perkuatlah ketawakkalan kita kepada Allah ta’ala.
Allah Ta'ala berfirman :
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا
Wa tawakkal 'alal-ḥayyillażī lā yamụtu wa sabbiḥ biḥamdih, wa kafā bihī biżunụbi 'ibādihī khabīrā
Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (al-Furqan: 58)
Sesungguhnya ketakwaan adalah hal tertinggi yang akan mendekatkan hamba dengan tuhannya.
Bahkan ada hadis yang mengibaratkan mereka akan mudah memasuki syurga, karena hatinya senantiasa menerima layaknya seekor burung.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SWT., sabdanya:
"Masuklah ke dalam syurga itu para kaum yang hatinya seperti hati burung." (Riwayat Muslim)
Sumber: Syarah dan Terjemahan Riyadhus Shalihin dan Tabsir Al – Qur’an. (MG - Ahmad Muhaimin Nurrudin)
Wallahu a'lam bishawab
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/pemkot-magelang-godok-new-normal-kegiatan-keagamaan-di-tempat-ibadah.jpg)