Keberlanjutan Pembelajaran Tatap Muka di DI Yogyakarta Tunggu Hasil Tes Acak Warga Sekolah
Penambahan kasus yang signifikan kembali terjadi dari penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di DI Yogyakarta
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penambahan kasus yang signifikan kembali terjadi dari penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di DI Yogyakarta.
Hal tersebut merupakan hasil tes acak kepada warga sekolah.
Saat dimintai tanggapan, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengaku belum bisa merinci total siswa maupun guru di DI Yogyakarta yang terpapar Covid-19.
Sebab hingga saat ini, proses pemeriksaan masih terus berlangsung.
Baca juga: Hasil Screening Dinas Kesehatan Temukan 16 Pelajar Gunungkidul Terpapar Covid-19
Dari hasil pemeriksaan sementara, di Kabupaten Kulon Progo dari tes acak yang digencarkan 10-17 November 2021 dan menyasar 2.221 siswa ditemukan 94 siswa dari 54 sekolah berbagai jenjang yang positif.
Kemudian di Kabupaten Bantul, dari tes acak yang berlangsung pada 16-22 November 2021, ditemukan 46 siswa dan guru positif Covid-19.
Sedangkan di Kabupaten Sleman, Gunungkidul dan Kota Yogyakarta penyelenggaraan tes acak masih terus berlangsung.
"Baru kita kumpulkan datanya. Kan yang Sleman dan lainnya belum selesai itu baru kita kumpulkan," jelas Didik, Jumat (26/11/2021).
Disinggung kelanjutan kebijakan PTM ke depannya, Didik belum bisa memberi kepastian.
Pihaknya masih menunggu hasil skrining warga sekolah yang digelar di seluruh kabupaten/kota.
Hasil tes tersebut akan menentukan langkah yang akan diambil Pemda DIY ke depannya.
Didik mengatakan, saat ini tes acak digencarkan di semua jenjang sekolah Yogyakarta.
Dari 10 persen sekolah yang dites acak, ada satu sekolah yang positivity rate-nya di atas 5 persen.
Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta 26 November 2021: Tambah 33 Kasus Baru, Nihil Pasien Meninggal
Artinya, sebagian besar temuan kasus di sekolah masih berada di bawah 5 persen.
Adapun jika ada sekolah yang positivity rate-nya di atas 5 persen maka akan dilakukan penutupan.
"Rata-rata mereka tanpa gejala. Makannya itu kita lihat per kasus. Oh misalnya di sekolah ini cukup banyak mungkin sementara ditutup dulu sekolah itu," tuturnya. (tro)
