Sifat-sifat yang Harus Dimiliki Seorang Muslim serta Beberapa Kiat Menjaga Hati

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Yoseph Hary W
internet
ilustrasi 

TribunJogja - Sifat adalah sesuatu yang tampak secara zohir yang merupakan tindakan yang dapat dilihat di amati dan di pelajari oleh manusia. 

Sifat dapat dikategorikan kedalam dua keadaan, yaitu sifat yang di anggap baik dan ada juga sifat yang di nilai buruk.

Dalam islam sifat baik manusia tercermin kedalam empat bagian, sifat - sifat tersebut di jelaskan dalam sebuah hadis:

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad Bin Hambal yaitu:

Ada empat sifat yang apabila semuanya ada pada dirimu, maka tidak akan menjadi sebab kalian ditimpa kesusahan, empat sifat tersebut adalah:

1. Menjaga Amanah

2. Bicara jujur

3. Berakhlak mulia

4. Senantiasa menjaga kesucian

dari hadist di atas menjelaskan akan pentingnya menjaga amanah, barang siapa tidak dapat menjaga amanah maka ia tidak akan bisa di beri suatu kepercayaa.

selain amanah kita juga perlu untuk senantiasa menjadi orang yang jujur dan tidaklah kita menjadi orang yang dusta.

seseorang tentu kita harus menjaga diri dari sifat-sifat yang akan mengotori diri kita semua. Serta senantiasa menjaga kesucian artinya adalah:

Pertama : Membersihakan diri kita dari keburukan akhlak

Kedua : Membersihakan diri dari kotoran penyakit hati

Ketiga : Membersihkan diri dari perilaku dan perbuatan jahiliyah

Dalam al-Qur’an Yunus 10:57

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ 

Yā ayyuhan-nāsu qad jā`atkum mau'iẓatum mir rabbikum wa syifā`ul limā fiṣ-ṣudụri wa hudaw wa raḥmatul lil-mu`minīn 

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Ilustrasi Hati
Ilustrasi Hati (guardian.ng)

Adakah cara untuk mengobati hati?

Tentu saja ada,  berikut beberapa kiat untuk menjaga hati.

1. Berdo’a kepada Allah

2. Menghilangkan Al-Ghaflah (Kelalaian)

3. Melakukan Tazkiyatun Nafs (pensucian jiwa), yaitu senantiasa Tawaddu’ di jalan Allah.

Syekh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan bahwa Allah swt. menjadikan akal manusia, agar:

1. Agar manusia cenderung menganggap baik pada kebenaran

2. Agar manusia cenderung menganggap buruk segala yang batil

3. Karena dalam hukum islam kata beliau, apa yang ada dalam hukum islam/syariat Islam baik yang lahir maupun yang bathin Allah telah menjadikan pada hati semua makhluknya, kecendrungan untuk menerimanya, maka Allah menjadikan di hati mereka rasa cinta kepada kebenaran dan selalu mengutamakannya, itulah hakikat fitrah yang disebutkan dalam ayat tersebut

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda ; yang artinya Semua bayi yang (baru lahir) dilahirkan diatas fitrah (cenderung kepada Islam) lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan orang Yahudi, Nashrani atau Majusi.

Dari ‘Yadh Himar al-Majusy, bahwa Rasulullah bersabda: (Allah berfirman) sesungguhnya Aku menciptakan para hambaku, semua dalam keadaan hanif (lurus dan cenderung kepada kebenaran) dan sungguh kemudian syaithan mendatangi mereka, lalu memalingkan mereka dari agama mereka.

Hadis tersebut diatas menunjukkan bahwa manusia dilahirkan kedunia ini dalam keadaan fitrah cendrung menerima islam dan beribadah kepada Allah.

sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-A’raf:172;

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

Wa iż akhaża rabbuka mim banī ādama min ẓuhụrihim żurriyyatahum wa asy-hadahum 'alā anfusihim, a lastu birabbikum, qālụ balā syahidnā, an taqụlụ yaumal-qiyāmati innā kunnā 'an hāżā gāfilīn

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Dari Nashoihul Ibad. (MG - Ahmad Muhaimin Nurrudin)

Wallahu a'lam bishawab

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved