Ini Keterangan dalam Alquran dan Hadis Tentang Pentingnya Menjaga Lisan
Pemuda bisa mati sebab terpeleset lisannya tapi tidak mati karena terpeleset kakinya, maka jagalah lisanmu untuk berbenah.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Lisan adalah alat untuk menghasilkan suatu suara yang diucapkan menjadi suatu kata yang terangkai dalam kalimat.
Kalimat yang dihasilkan lisan dibagi atas kalimat yang baik dan kalimat yang tidak baik (tidak perlu).
kalimat yang baik adalah kalimat yang berisi nasihat - nasihat tentang kebaikan.
Allah Ta'ala berfirman:
أُبَلِّغُكُمْ رِسَٰلَٰتِ رَبِّى وَأَنصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Uballigukum risālāti rabbī wa anṣaḥu lakum wa a'lamu minallāhi mā lā ta'lamụn
"Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui". (al-A'raf: 62)
Dan firmanNya:
أُبَلِّغُكُمْ رِسَٰلَٰتِ رَبِّى وَأَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ
Uballigukum risālāti rabbī wa ana lakum nāṣiḥun amīn
Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu". (al-A'raf: 68)
Adapun hadisnya ialah:
Dari Abu Ruqayyah iaitu Tamim bin Aus ad-Dari r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Agama itu adalah merupakan nasihat."
Kita semua bertanya: "Untuk siapa?"
Beliau s.a.w. menjawab: "Bagi Allah, bagi kitabNya, bagi rasulNya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin serta bagi segenap umumnya ummat Islam." (Riwayat Muslim)
Nasihat sendiri adalah nasihat yang diambil melalui pelajaran pengkajian Al-Qur'an dan apa yang telah diajarkan Rasulullah saw.
Sehingga pengajaran itu membentuk siklus pengajaran baru, dan dapat menjadi pedaoman dalam menjalani kehidupan di muka bumi.
Sedangkan kalimat yang tidak baik ( tidak perlu) merupakan omong kosong yang tidak bisa dijadikan satu petunjuk di dalam kehidupan.
Dalam berucap dan bertutur lisan dapat menjadi suatu hal yang baik (membuat orang senang) dan juga akan membuat orang sakit hati bahkan mati.

Kesempatan kali ini mari kita bahas Tentang hakikat bicara dan bahayanya berbicara ;
1. Janganlah banyak bicara
اِذَا تَمَّ عَقْلُ الْمَرْءِ قَلَّ كَلاَمُهُ # وَاَيْقِنْ بِحُمْقِ الْمَرْءِ اِنْ كَانَ مُكْثِرًا
idhaatamma'aqlulmar i qali kalamuhu # waaiqin bihumqilmar iinngkanamukshira
Bila sempurna [cerdas] akal seseorang maka sedikitlah bicaranya,dan yakinlah bodohnya orang yang banyak bicara
Keterangan
Lisan adalah bagian tubuh manusia yang kedua dan paling berpengaruh bagi manusia setelah hati.
Jika hati adalah dasar penunjang keselamatan dan keterpurukan bagi manusia, maka lisan adalah pondasi (tonggak atau tiang) dari keselamatan dan keterpurukan tersebut.
Nabi bersabda : Barang siapa beriman dengan Allah taala dan hari akhir maka bicaralah yang baik atau diamlah. (mustafaqoh alaih)
Untuk itu orang yang menyadari kelemahan dalam dirinya dan keterbatasan dalam akal fikirnya, ia akan membatasi lisannya dalam berbicara kecuali sesuatu yang memiliki manfaat bagi dirinya baik di dunia atau di akhirat kalau di bicarakan.
Serta hanya orang bodohlah yang akan banyak bicara, karena dia tidak tahu bahwa semakin banyak bicara dia semakin banyak memasang tali di lehernya.
tidak tahu bahwa apa yang terbilang oleh lisan adalah sesuatu yang akan di pegang oleh orang yang mendengarnya.
Dalam suatu perumpamaan jikalau kerbau itu di pegang lewat tali yang di jeratkan di lehernya maka manusia di pegang lewat ucapan yang di keluarkan lisannya.
Maka sungguh dia tidak tahu atau tidak menyadari bahwa semakin orang banyak bicara maka semakin besar dia bisa terjatuh dalam kesalahan.
Nabi bersabda : Barang siapa banyak bicara maka banyak kesalahan bicaranya. lantas Nabi juga bersabda : Orang mu’min adalah orang yang sedikit bicaranya tapi banyak amalnya, sementara orang munafik adalah orang yang banyak bicara sedikit amalnya. (mustafaqoh alaih)
2. Bahayanya lisan
يَمُوْتُ الفَتَى مِنْ عَثْرَةٍ مِن لِّسَانِهِ # وَلَيسَ يَمُوتُ الْمَرْءِ مِنْ عَثْرَةِ الرِّجْلِ
yamutul fatamin-ash ratimmillisanihi # walaisa yamuutulmar imin'ashratirijli
فَعَثْرَتُهُ مِنْ فَيْهِ تَرْمِىْ بِرَأْسِهِِ # وَعَثْرَتُهُ بِالرِّجْلِ تَبْرَى عَلَى الْمَهْلِِ
faasratuhumingfiihi tarmiibira-a. sihi # wa'ashrotuhu birijli tabra 'alalmahli
Pemuda bisa mati sebab terpeleset lisannya tapi tidak mati karena terpeleset kakinya, terpelesetnya mulut bisa melenyapkan kepalanya sementara terpelesetnya kaki akan dapat sembuh kemudian.
Keterangan
Mulut diumpamakan sebagai pedang yang tajam jika di gunakan dengan benar dan hati-hati maka akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia pada umumnya.
Namun bila tidak hati-hati menggunakannya maka akan memotong dirinya sendiri (pemegangnya) atau orang lain yang mestinya tidak boleh di potong.
Untuk itu bahaya yang ditimbulkan mulut (Lisan) lebih besar pengaruhnya dari bahaya yang di timbulkan oleh anggota badan lainnya.
Mungkin satu kali tangan memukul yang tersakiti oleh tangan hanya satu orang yang terpukul, tapi satu kata terucap bisa menyakiti seluruh umat.
Dan juga satu kata yang mengadu domba bisa menimbulkan bunuh membunuh di antara manusia.
Kesalahan yang di lakukan mulut kamu dalam berkata bisa melenyapkan nyawamu namun kesalahan yang dilakukan kaki kamu dalam melangkah akibatnya hanya akan menyebabkan terkilir atau terjatuh.
Syarah dan Terjemahan Riyadhus Shalihin dan kitab Alaala Imam Syafi'i. (MG - Ahmad Muhaimin Nurrudin)
Wallahu a'lam bishawab