Cerita Sumbu Filosofi Rancangan Sang Arsitektur Sri Sultan HB I dan Upaya Jadi Warisan Dunia UNESCO

Dinas Kebudayaan DIY menggelar Talkshow bertema Pelestarian dan Pemanfaatan Cagar Budaya Menuju Warisan Budaya Dunia, Jumat (29/10/2021).

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Azka Ramadhan
Ilustrasi Tugu Pal Putih 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Kebudayaan DIY menggelar Talkshow bertema Pelestarian dan Pemanfaatan Cagar Budaya Menuju Warisan Budaya Dunia, Jumat (29/10/2021).

Salah satu tujuan digelarnya acara tersebut adalah sosialisasi Sumbu Filosofi kepada masyarakat Yogyakarta. 

Keunikan tata ruang Yogyakarta adalah keberadaan poros Sumbu Filosofi antara Panggung Krapyak - Kraton Yogyakarta - Tugu Pal Putih.

Sang arsitektur, Sri Sultan Hamengku Buwono I menjadikannya sebagai konsep Sangkan Paraning Dumadi atau yang menggambarkan perjalanan manusia sejak dilahirkan hingga dewasa, menikah, melahirkan anak dan mempunyai kekuasaan (dari Panggung Krapyak menuju Kraton).

Baca juga: Update Skuad AC Milan Versus AS Roma di Matchday11 Liga Italia: Theo & Diaz Pulih, Ante Rebic Cedera

Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan manusia menghadap Sang Khalik (perjalanan dari Kraton ke Tugu).

Filosofi tersebut menjadi dasar ditetapkannya menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO.

"Kita sekarang sedang dalam proses untuk mendaftarkan Sumbu Filosofis ini sebagai warisan budaya ke UNESCO. Oleh karena itu kita perlu cukup gencar mensosialisasikan tentang hal ini," ujar Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridho Mardowo Kraton Yogyakarta, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro.

Ia mengungkapkan, warisan-warisan budaya yang sudah terdaftar di UNESCO itu semua melalui proses seleksi, yang dilanjutkan proses validasi di mana ada tim yang turun untuk melakukan validasi dan verifikasi.

Tim tersebut akan bertanya kepada masyarakat sekitar tentang kebenaran dan pengetahuannya tentang Sumbu Filosofi.  

"Kalau nanti kita divalidasi tidak berhasil, maka kemungkinan bisa ditangguhkan proses tersebut," imbuhnya.

KPH Notonegoro mengatakan bahwa saat ini proses pengajuan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia sedang dalam tahapan revisi dossier atau berkas-berkasnya.

Ia mengakui bahwa administrasi dan birokrasi ke UNESCO sangat rumit, ada puluhan dokumen yang harus dipersiapkan.  

Baca juga: Deklarasi Dukungan untuk Luhut Binsar Pandjaitan Maju Sebagai Capres 2024

"Misalnya harus ada petanya, nah ini secara administratif kita berproses. Nanti kalau proses administrasi sudah selesai, baru akan disidangkan kemudian diverifikasi," terangnya.

Adapun dalam kesempatan itu KPH Notonegoro juga mengatakan bahwa dirinya ingin mengambil momentum ini untuk menyebarluaskan filosofi ini.

Karena jika ke depan Sumbu Filosofi ini diakui sebagai warisan budaya dunia, maka seluruh dunia akan tahu sejarah dan maksud tujuannya didirikan Sumbu Filosofi ini.

"Masa kita sebagai orang jogja tidak lebih tahu dari pada orang dari negara lain. Kedua, tentu saja ada dampak pariwisata, kalau ini diakui sebagai warisan budaya, orang pasti akan lebih banyak untuk hadir, ada dampak ekonominya juga kalu pariwisata meningkat," tandasnya. (nto) 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved